![]() |
Foto:Pixabay.com |
VISTORBELITUNG.COM,Desiran angin malam menusuk tulang, mengantarkan kabut tebal yang menyelimuti jalanan sepi. Anya, seorang gadis muda dengan rambut hitam panjang, mengendarai mobilnya, berusaha memecah keheningan dengan suara radio yang sayup-sayup. Ia baru saja pulang dari rumah temannya, dan jalan yang dilaluinya ini memang terkenal sepi dan angker.
Tiba-tiba, Anya merasa ada yang aneh. Ia seperti pernah mengalami momen ini sebelumnya. Jalanan berkabut, lampu jalan yang redup, bahkan lagu yang sedang diputar di radio, semuanya terasa sangat familiar. Ia merasa seperti sedang menonton reka ulang dari sebuah memori yang samar.
Saat mobilnya melewati persimpangan jalan yang dikelilingi pohon-pohon besar, Anya melihat seorang wanita berdiri di tengah jalan. Wanita itu mengenakan gaun putih panjang yang kotor, rambutnya yang kusut menutupi wajahnya. Jantung Anya berdegup kencang, ia merasa pernah melihat wanita ini sebelumnya.
Anya menginjak rem, mobilnya berhenti tepat di depan wanita itu. Wanita itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang pucat pasi dengan mata hitam legam. Anya terkejut, ia mengenali wajah itu. Itu adalah wajahnya sendiri.
"Tidak mungkin," bisik Anya, suaranya bergetar.
Tiba-tiba, wanita itu tersenyum, senyum yang dingin dan menakutkan. Ia mengulurkan tangannya yang kurus ke arah Anya, seolah ingin meraihnya. Anya panik, ia membunyikan klakson mobilnya berulang kali, tetapi wanita itu tidak bergeming.
Anya menyadari, ini bukan sekadar dejavu biasa. Ini adalah peringatan. Ia merasa seperti sedang terjebak dalam lingkaran waktu, mengulang kejadian yang sama berulang kali. Ia harus keluar dari lingkaran ini, atau ia akan terjebak selamanya.
Dengan tangan gemetar, Anya memutar kemudi, memutar balik mobilnya dan melaju secepat mungkin. Ia tidak berani menoleh ke belakang, takut melihat wanita itu mengejarnya. Ia terus melaju, berharap bisa keluar dari kabut dan mimpi buruk ini.
Ketika Anya akhirnya tiba di rumahnya, ia langsung mengunci pintu dan jendela, lalu bersembunyi di bawah selimut. Ia tidak berani memejamkan mata, takut melihat wajah pucat wanita itu lagi. Ia tahu, dejavu ini bukan sekadar ilusi, tetapi sebuah peringatan dari dunia lain.
Sejak malam itu, Anya tidak pernah lagi melewati jalanan sepi itu. Ia selalu merasa diawasi, seperti ada mata yang mengintainya dari balik kegelapan. Ia tahu, wanita itu masih ada di sana, menunggu untuk menariknya ke dalam lingkaran waktu yang mengerikan.