![]() |
Foto: Media sosial |
VISTORBELITUNG.COM,BANGKA BELITUNG - Jagat semesta dengan segala keindahannya selalu menyimpan misteri yang menarik untuk diungkap. Salah satu pertanyaan yang seringkali muncul adalah mengenai jarak antara bumi dan langit. Dalam perspektif Islam, Al-Qur'an dan hadist Rasulullah SAW memberikan gambaran mengenai hal ini, meskipun tidak dalam ukuran matematis yang pasti.
Beberapa hadist Rasulullah SAW seringkali dikutip ketika membahas jarak antara bumi dan langit. Salah satu hadist yang populer menyebutkan bahwa jarak antara satu langit ke langit berikutnya adalah sejauh 500 tahun perjalanan. Hadist ini diriwayatkan oleh beberapa perawi, meskipun terdapat perbedaan derajat keabsahannya di kalangan ulama.
Dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW bersabda mengenai tebalnya setiap langit adalah 500 tahun perjalanan, dan jarak antara langit satu dengan langit berikutnya juga 500 tahun perjalanan. Jika diakumulasikan hingga langit ketujuh dan Arsy (singgasana Allah), maka jarak yang terbentang sangatlah jauh dan sulit dibayangkan oleh akal manusia.
Para ulama memiliki berbagai interpretasi terhadap hadist ini. Sebagian ulama memahami "tahun perjalanan" dalam hadist tersebut sebagai ukuran yang menggambarkan betapa jauhnya jarak tersebut, bukan dalam pengertian waktu tempuh yang sebenarnya seperti perjalanan di bumi. Ini menunjukkan kebesaran Allah SWT dan keluasan ciptaan-Nya yang melampaui pemahaman manusia.
Ulama lainnya berpendapat bahwa angka 500 tahun perjalanan tersebut bisa jadi memiliki makna simbolis atau kiasan tentang tingkatan-tingkatan spiritual atau dimensi yang berbeda. Mereka menekankan bahwa hakikat sebenarnya dari jarak dan dimensi langit hanya diketahui oleh Allah SWT.
Dari sudut pandang sains modern, konsep "langit" dalam hadist tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai lapisan atmosfer bumi. Ilmu astronomi modern menjelaskan bahwa alam semesta terdiri dari galaksi-galaksi yang sangat banyak dengan jarak antar bintang dan galaksi yang teramat jauh, diukur dalam satuan tahun cahaya (jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun).
Meskipun demikian, sebagian ilmuwan Muslim mencoba mengintegrasikan pemahaman ilmiah dengan konsep-konsep dalam Islam. Mereka berpendapat bahwa "tujuh langit" dalam Al-Qur'an bisa jadi merujuk pada perluasan alam semesta yang terus menerus atau dimensi-dimensi lain yang belum sepenuhnya dipahami oleh ilmu pengetahuan.
Terlepas dari perbedaan interpretasi dan pandangan antara hadist dan sains modern, terdapat hikmah yang mendalam di balik penyebutan jarak yang sangat jauh antara bumi dan langit. Hal ini mengingatkan manusia akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sebagai Sang Pencipta alam semesta.
Jarak yang tak terhingga ini juga menumbuhkan kesadaran akan betapa kecil dan terbatasnya kemampuan manusia di hadapan keluasan ciptaan-Nya. Dengan merenungkan hal ini, diharapkan keimanan dan ketundukan seorang Muslim kepada Allah SWT akan semakin bertambah.
Hadist Rasulullah SAW yang menyebutkan jarak antara bumi dan langit sejauh 500 tahun perjalanan merupakan gambaran tentang betapa luas dan agungnya ciptaan Allah SWT. Meskipun interpretasi mengenai "tahun perjalanan" ini beragam di kalangan ulama, esensinya adalah untuk menyadarkan manusia akan kebesaran Sang Khalik. Sementara sains modern menawarkan perspektif yang berbeda dalam mengukur alam semesta, misteri jarak antara bumi dan langit tetap menjadi pengingat akan keterbatasan pengetahuan manusia dan keagungan ciptaan Allah SWT yang tak terhingga.