![]() |
Foto: Peta Al-idrisi |
VISTORBELITUNG.COM,TANJUNG PANDAN, BANGKA BELITUNG - Pernahkah Anda melihat representasi dunia di mana bagian selatan berada di atas dan Mekkah menjadi pusatnya? Jika iya, kemungkinan besar Anda sedang melihat sekilas karya monumental dari seorang cendekiawan Muslim abad ke-12 bernama Muhammad al-Idrisi. Lantas, siapakah sebenarnya sosok di balik peta dunia yang revolusioner ini?
Abu Abdallah Muhammad ibn Muhammad ibn Abdallah ibn Idris al-Qurtubi al-Hasani, atau lebih dikenal sebagai Al-Idrisi, lahir di Ceuta, Afrika Utara (saat itu bagian dari Kekaisaran Murabitun) pada tahun 1100 Masehi. Beliau tumbuh dalam keluarga bangsawan dan memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW melalui jalur Hasan bin Ali.
Al-Idrisi dikenal sebagai seorang ahli geografi, kartograf (pembuat peta), dan juga seorang ilmuwan botani. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membawanya berkelana ke berbagai wilayah, termasuk Andalusia, Afrika Utara, dan kemungkinan juga wilayah Asia Kecil dan Eropa. Pengalaman langsung di lapangan ini menjadi modal berharga dalam penyusunan karya-karyanya.
Puncak kejayaan Al-Idrisi terjadi ketika beliau diundang oleh Raja Roger II dari Sisilia, seorang penguasa Norman yang dikenal memiliki minat besar pada ilmu pengetahuan dan budaya. Raja Roger II menugaskan Al-Idrisi untuk membuat peta dunia yang paling akurat dan komprehensif pada masanya.
Selama bertahun-tahun tinggal di istana Raja Roger II di Palermo, Al-Idrisi bekerja keras mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Beliau mewawancarai para pelaut dan pedagang yang singgah di Sisilia, membandingkan catatan-catatan geografis yang ada, serta menggabungkan pengetahuan dari tradisi Yunani-Romawi dan sumber-sumber Islam.
Hasil dari kerja keras Al-Idrisi adalah sebuah peta dunia yang sangat detail dan akurat untuk zamannya, yang dikenal dengan nama Tabula Rogeriana (Kitab Roger). Peta ini tidak hanya menggambarkan benua-benua yang dikenal saat itu seperti Eropa, Asia, dan Afrika Utara, tetapi juga memberikan informasi detail mengenai topografi, iklim, sungai, dan kota-kota penting.
Salah satu ciri khas peta Al-Idrisi adalah orientasinya yang berbeda dengan peta modern. Beliau meletakkan bagian selatan di atas peta dan menjadikan Mekkah sebagai pusat dunia. Hal ini mencerminkan pandangan dunia Islam pada masa itu yang menempatkan Ka'bah sebagai kiblat dan titik sentral spiritual.
Selain peta dunia berbentuk lingkaran yang diukir di atas piring perak besar (yang sayangnya kini hilang), Al-Idrisi juga menghasilkan sebuah buku geografis yang komprehensif berjudul Kitab Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Hiburan bagi Orang yang Rindu Menjelajahi Dunia). Buku ini berisi deskripsi detail tentang berbagai wilayah di dunia yang digambarkan dalam petanya, termasuk informasi tentang penduduk, kebudayaan, dan kondisi alamnya.
Karya-karya Al-Idrisi memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perkembangan ilmu geografi dan kartografi. Peta dunianya menjadi rujukan penting selama berabad-abad setelahnya, bahkan digunakan oleh para penjelajah Eropa di era Renaisans. Ketelitian dan detail yang disajikan Al-Idrisi jauh melampaui peta-peta yang dibuat di Eropa pada masa itu.
Meskipun orientasi petanya berbeda dengan yang kita gunakan saat ini, peta Al-Idrisi tetap menjadi bukti kejeniusan dan kontribusi besar seorang ilmuwan Muslim pada Abad Pertengahan. Muhammad al-Idrisi wafat pada tahun 1165 Masehi, namun warisannya sebagai salah satu kartografer terbesar dalam sejarah dunia akan terus dikenang. Peta buatannya bukan hanya sekadar representasi visual bumi, tetapi juga jendela yang menghubungkan peradaban dan pengetahuan di masanya.