![]() |
Foto: Bitcoin |
VISTORBELITUNG.COM,Pergerakan harga Bitcoin selalu menjadi sorotan utama di pasar keuangan global. Namun, di balik fluktuasi harga harian, ada satu aspek fundamental yang terus menarik perhatian investor dan penggemar kripto: jumlah Bitcoin yang sudah ditambang. Pada Selasa, 27 Mei 2025, kita meninjau berapa banyak Bitcoin yang telah beredar dan bagaimana hal ini memengaruhi dinamika pasar.
Sejak diciptakan oleh Satoshi Nakamoto, Bitcoin dirancang dengan suplai maksimum yang terbatas, yaitu 21 juta koin. Prinsip kelangkaan ini menjadi salah satu pilar utama yang menopang nilai Bitcoin, membuatnya sering dijuluki "emas digital". Tidak seperti mata uang fiat yang bisa dicetak tanpa batas oleh bank sentral, jumlah Bitcoin yang dapat ditambang akan terus berkurang hingga mencapai batas tersebut.
Proses penambangan Bitcoin terjadi melalui verifikasi transaksi dan penemuan blok baru. Setiap kali blok baru ditemukan, penambang yang berhasil akan mendapatkan reward atau hadiah berupa Bitcoin baru. Namun, hadiah ini akan berkurang separuh setiap empat tahun sekali melalui peristiwa yang dikenal sebagai halving. Halving terakhir terjadi pada April 2024, di mana hadiah penambangan per blok berkurang dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC.
Berdasarkan data historis dan laju penambangan saat ini, perkiraan konservatif menunjukkan bahwa per 27 Mei 2025, lebih dari 19,8 juta Bitcoin telah berhasil ditambang dan beredar di pasaran. Angka ini merepresentasikan lebih dari 94% dari total suplai maksimum 21 juta Bitcoin.
Beberapa analisis bahkan memprediksi bahwa pada awal tahun 2025, sekitar 94,6% Bitcoin sudah ditambang. Ini berarti hanya tersisa kurang dari 1,2 juta Bitcoin yang masih bisa ditambang.
Fenomena ini menggarisbawahi semakin dekatnya kita pada titik di mana sebagian besar Bitcoin sudah berada di tangan investor, penambang, dan institusi. Laju penambangan akan terus melambat seiring dengan semakin dekatnya total suplai yang bisa ditambang tercapai.
Jumlah Bitcoin yang semakin mendekati batas maksimumnya memiliki beberapa implikasi signifikan Dengan suplai yang semakin terbatas, jika permintaan terus meningkat (terutama dari investor institusional dan adopsi ritel yang meluas), harga Bitcoin secara fundamental akan memiliki tekanan ke atas.
Ketika hadiah blok Bitcoin semakin kecil, Penambang akan semakin mengandalkan biaya transaksi sebagai sumber pendapatan utama mereka. Ini bisa memengaruhi struktur biaya di jaringan Bitcoin di masa depan.
Bitcoin sebagai Aset Investasi Kelangkaan ini semakin memperkuat narasi Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang dan lindung nilai terhadap inflasi, mirip dengan emas.
Era "Digital Gold Rush" Berlanjut: Seperti yang sering diutarakan oleh para tokoh di industri kripto, periode ini adalah "digital gold rush" di mana akumulasi Bitcoin oleh pihak-pihak besar terus berlangsung sebelum pasokan benar-benar menipis di pasar terbuka.
Apa yang Terjadi Setelah Semua Bitcoin Ditambang?
Para ahli memperkirakan bahwa seluruh 21 juta Bitcoin baru akan selesai ditambang sekitar tahun 2140. Setelah itu, tidak akan ada lagi Bitcoin baru yang masuk ke dalam sirkulasi. Penambang akan sepenuhnya bergantung pada biaya transaksi sebagai insentif untuk mengamankan jaringan. Mekanisme ini dirancang agar jaringan Bitcoin tetap aman dan terdesentralisasi meskipun tidak ada lagi reward blok dari Bitcoin yang baru dicetak.
Pada 27 Mei 2025, kita berada di fase krusial dari perjalanan Bitcoin menuju kelangkaan absolutnya. Semakin sedikit Bitcoin yang tersisa untuk ditambang, semakin kuat pula argumennya sebagai aset langka yang layak dipertimbangkan dalam portofolio investasi digital Anda.
Bagaimana menurut Anda, apakah kelangkaan Bitcoin akan benar-benar mendorong harganya melambung tinggi di masa depan? Sampaikan pendapat Anda di kolom komentar!