VISTORBELITUNG.COM,JAKARTA, INDONESIA – Upaya Tiongkok untuk melemahkan reputasi jet tempur Rafale Prancis di pasar global tampaknya tidak membuahkan hasil, setidaknya di Indonesia. Alih-alih terpengaruh oleh kampanye disinformasi, Jakarta justru menunjukkan komitmen kuatnya terhadap kesepakatan Rafale, bahkan dikabarkan tengah mengincar jumlah jet tempur Prancis dua kali lipat dari yang direncanakan semula.
Setelah menandatangani kesepakatan awal untuk 12 unit Rafale pada Juni lalu, Indonesia kini dilaporkan mengincar tambahan 24 jet tempur Rafale lagi. Kesepakatan formal untuk penambahan ini bahkan kemungkinan besar akan ditandatangani saat kunjungan Presiden terpilih Prabowo Subianto ke Prancis untuk merayakan Hari Bastille pada 14 Juli mendatang.
Beberapa laporan intelijen Prancis telah mengungkap adanya kampanye terselubung yang dilancarkan Tiongkok untuk merusak penjualan jet Rafale secara global. Kampanye ini disebut-sebut menargetkan negara-negara seperti Indonesia melalui jalur diplomatik dan disinformasi daring. Pejabat intelijen Prancis mengklaim bahwa Beijing menyebarkan konten manipulatif dan mempromosikan jet-jet buatan Tiongkok selama insiden yang melibatkan India dan Pakistan pada Mei 2025 lalu. Tiongkok sendiri telah membantah semua tuduhan tersebut, menyebutnya tidak berdasar.
Namun, di tengah gelombang propaganda tersebut, Indonesia tetap teguh pada pilihannya. Alih-alih beralih, Jakarta tidak hanya mempertahankan pesanan awal sebanyak 42 Rafale, tetapi juga berpotensi menambah pesanan 24 unit lagi. Dengan penambahan ini, total armada jet Rafale Indonesia bisa mencapai 66 unit, menjadikannya salah satu operator Rafale non-Eropa terbesar dan klien utama Dassault Aviation di Asia Tenggara.
Langkah ini menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai mitra pertahanan kunci Prancis di Asia Tenggara. Rafale yang akan diakuisisi Indonesia adalah varian F4 terbaru, dilengkapi dengan sistem radar canggih, teknologi electronic warfare mutakhir, dan kemampuan jaringan tempur generasi berikutnya.
Kemitraan pertahanan Indonesia dengan Prancis juga melampaui jet tempur. Indonesia juga telah menyatakan minat kuat untuk mengakuisisi dua kapal selam kelas Scorpène dan beberapa unit artileri self-propelled CAESAR 155mm. Semua perjanjian mencakup ketentuan transfer teknologi dan partisipasi industri lokal, sejalan dengan tujuan Indonesia yang lebih luas untuk memperkuat kemandirian pertahanannya.
Kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam parade militer Hari Bastille tidak hanya dianggap sebagai isyarat simbolis tetapi juga langkah strategis yang mengukuhkan hubungan pertahanan kedua negara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia, di bawah kepemimpinan barunya, bertekad untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dengan peralatan canggih dari mitra terpercaya, sambil mengabaikan kampanye disinformasi yang mencoba menghalangi keputusannya.