BRICS Dorong De-Dolarisasi: Rusia dan Tiongkok Dominasi Perdagangan dalam Rubel dan Yuan -->

BRICS Dorong De-Dolarisasi: Rusia dan Tiongkok Dominasi Perdagangan dalam Rubel dan Yuan

13 Jul 2025, July 13, 2025

 

Foto:vistorbelitung/ dalam de-dolarosasi yaun dan rubel di Untungkan

VISTORBELITUNG COM, MOSKOW / BEIJING – [Tanggal,14 Juli 2025]  Dalam sebuah pergeseran signifikan yang menggarisbawahi upaya de-dolarisasi di antara negara-negara BRICS, Rusia dan Tiongkok kini melakukan mayoritas perdagangan bilateral mereka menggunakan mata uang lokal, Rubel dan Yuan. Perkembangan ini, yang didorong oleh keinginan kuat untuk mengisolasi diri dari sanksi Barat, didukung oleh pengembangan alat keuangan digital dan sistem pembayaran alternatif.


Menurut pernyataan resmi dari pejabat kedua negara, sekitar 90% hingga 92% dari seluruh transaksi perdagangan antara Rusia dan Tiongkok kini diselesaikan dalam Rubel atau Yuan. Angka ini menunjukkan peningkatan drastis dari beberapa tahun lalu, di mana dominasi Dolar AS masih sangat kuat dalam hubungan ekonomi mereka. Sebagai contoh, pada tahun 2023, volume perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai lebih dari $227 miliar, dengan sebagian besar diselesaikan dalam mata uang nasional.


Pergeseran ini adalah inti dari strategi yang lebih luas oleh anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, serta anggota baru seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab) untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dan sistem keuangan yang didominasi Barat. Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia, khususnya setelah konflik di Ukraina, telah mempercepat upaya ini, mendorong pencarian alternatif yang lebih berdaulat.


"Penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan adalah prioritas utama kami dan saling menguntungkan serta andal bagi kedua negara," kata seorang pejabat keuangan Rusia dalam laporan terbaru. Pandangan ini mencerminkan keyakinan bahwa diversifikasi mata uang mengurangi kerentanan terhadap tekanan eksternal dan intervensi politik.


Bersamaan dengan peningkatan penggunaan Rubel dan Yuan, Rusia dan Tiongkok juga secara aktif mendukung pengembangan alat keuangan digital dan sistem pembayaran alternatif. Inisiatif seperti BRICS Pay menjadi sorotan utama. BRICS Pay, yang diusulkan sebagai mekanisme pesan pembayaran yang terdesentralisasi dan independen, bertujuan untuk membuat pembayaran internasional lebih aman, transparan, lebih murah, dan tidak terlalu rumit bagi negara-negara anggota.


Pada KTT BRICS ke-17 yang diadakan di Rio de Janeiro baru-baru ini, para kepala negara anggota blok tersebut dilaporkan memutuskan untuk melangkah maju dengan menciptakan sistem alternatif untuk SWIFT, jaringan pembayaran antarbank global utama yang banyak digunakan Barat. Usulan ini dibahas sebagai bagian dari Inisiatif Pembayaran Lintas Batas BRICS, yang bertujuan untuk membuat transaksi antar negara anggota lebih mudah diakses, lebih cepat, dan lebih aman.


Sistem seperti jaringan Mir Rusia dan sistem pembayaran digital Tiongkok seperti WeChat Pay dan AliPay dilihat sebagai fondasi kuat untuk membangun BRICS Pay. Dengan fokus pada dompet digital, pembayaran kode QR, dan kerangka kerja yang terhubung langsung ke bank lokal, sistem ini dirancang untuk menciptakan ekosistem keuangan sendiri yang kebal terhadap pembatasan atau sanksi unilateral. 


Pergeseran ini bukan hanya tentang mem-bypass sanksi; ini adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk menantang hegemoni finansial Dolar AS dan membangun tatanan ekonomi global yang lebih multipolar. Meskipun tantangan masih ada seperti kontrol modal Tiongkok dan kebutuan akan stabilitas mata uang keberhasilan Rusia dan Tiongkok dalam mengalihkan sebagian besar perdagangan mereka ke mata uang lokal memberikan preseden penting bagi negara-negara lain yang ingin mengurangi ketergantungan pada Dolar.


Jika upaya de-dolarisasi ini terus berlanjut dan sistem pembayaran alternatif BRICS berhasil beroperasi secara penuh, hal ini dapat memiliki implikasi jangka panjang yang signifikan terhadap sistem moneter internasional, pola perdagangan global, dan dinamika kekuatan geopolitik. 


TerPopuler