Evakuasi Pimpinan Pemerintah Transisi Suriah ke Turki: Al-Jolani Dibawa Melalui Transportasi Udara oleh Intelijen Turki -->

Evakuasi Pimpinan Pemerintah Transisi Suriah ke Turki: Al-Jolani Dibawa Melalui Transportasi Udara oleh Intelijen Turki

18 Jul 2025, July 18, 2025

 

Foto: Keterlibatan turki di suriah membantun Ahmed al-Sharaa

VISTORBELITUNG.COM,Kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada Desember 2024 menandai perubahan besar dalam lanskap politik Suriah, dengan Ahmed al-Sharaa (juga dikenal sebagai Abu Mohammed al-Jolani) muncul sebagai presiden sementara yang memimpin Pemerintah Transisi Suriah. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa sejumlah tokoh kunci, termasuk al-Sharaa, dievakuasi ke Turki melalui transportasi udara yang dikoordinasi oleh intelijen Turki. Langkah ini memperlihatkan keterlibatan mendalam Turki dalam fase transisi Suriah dan memunculkan pertanyaan tentang masa depan pemerintahan Suriah di bawah pengaruh eksternal.  


Ahmed al-Sharaa (al-Jolani), mantan pemimpin Hay'at Tahrir al-Sham (HTS), memainkan peran penting dalam serangan yang menggulingkan rezim Assad. Setelah kejatuhan Damaskus pada Desember 2024, ia diangkat sebagai presiden sementara pada Januari 2025 dan kemudian membentuk pemerintahan transisi pada Maret 2025, menghapus posisi perdana menteri dan memusatkan kekuasaan eksekutif di bawah kepemimpinannya.  


Pemerintahan transisi ini terdiri dari campuran loyalis HTS, mantan tokoh oposisi, dan perwakilan minoritas, meski kritikus menyatakan bahwa pemerintah ini tidak benar-benar inklusif. Meski awalnya berjanji untuk menstabilkan Suriah, tantangan keamanan internal—termasuk upaya kudeta oleh pendukung Assad—serta tekanan eksternal dari Israel dan Turki memperumit proses transisi.  


Laporan menunjukkan bahwa intelijen Turki (MIT) memfasilitasi evakuasi sejumlah tokoh penting Pemerintah Transisi Suriah, termasuk al-Sharaa, ke Turki melalui transportasi udara. Operasi ini mempertegas kepentingan strategis Turki dalam mempertahankan pengaruhnya terhadap lanskap politik Suriah pasca-Assad.  


Bukti Keterlibatan Turki


1.Hubungan Historis antara HTS dan Turki


   - Turki sebelumnya telah berkolaborasi dengan HTS, terutama melalui jaringan penyelundupan senjata secara rahasia. Seorang mantan agen intelijen Turki, Nuri Gökhan Bozkır, mengaku di pengadilan bahwa ia menyelundupkan senjata ke kelompok jihadis di Suriah, termasuk HTS, dan mengklaim memiliki hubungan pribadi dengan al-Jolani.  


   - Turki juga mendukung Tentara Nasional Suriah (SNA), yang kemudian bergabung ke dalam struktur militer pemerintahan transisi.  


2.Operasi Transportasi Udara yang Strategis


   - Intelijen Turki memiliki rekam jejak dalam melakukan operasi udara rahasia di Suriah, termasuk ekstradisi individu melalui penerbangan terselubung. Bozkır sendiri dilaporkan pernah dibawa dari Ukraina ke Turki dalam peti mati menggunakan pesawat Ukraina, menunjukkan kemampuan MIT dalam evakuasi diam-diam.  


   - Mengingat situasi keamanan di Damaskus yang tidak stabil termasuk serangan udara Israel dan ketidakpastian internal evakuasi pimpinan Suriah ke Turki sejalan dengan metode operasional MIT sebelumnya.  


3.Motivasi Politik di Balik Evakuasi


   - Turki sejak lama berusaha mencegah otonomi Kurdi di Suriah utara, sehingga penting bagi mereka untuk mempertahankan pengaruh atas kepemimpinan baru Suriah. Dengan memindahkan al-Sharaa dan sekutunya, Turki dapat memastikan kebijakan Damaskus tetap sejalan dengan kepentingannya, terutama terkait wilayah mayoritas Kurdi.  


   - Kesepakatan pemerintah transisi untuk mengintegrasikan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) ke dalam tentara nasional mungkin juga memicu kekhawatiran Turki, sehingga mendorong evakuasi tokoh-tokoh kunci.  


1.Pertanyaan tentang Kedaulatan Suriah


   - Jika al-Sharaa dan pemimpin lainnya beroperasi dari Turki, hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemandirian pemerintah transisi. Masa depan politik Suriah bisa semakin dibentuk oleh kepentingan strategis Turki alih-alih prioritas domestik.  


2.Potensi Ketidakstabilan yang Berlanjut


Ketidakhadiran pemimpin kunci di Damaskus dapat melemahkan pemerintahan, memicu pemberontakan sisa-sisa rezim Assad atau faksi saingan. Pemerintah transisi sebelumnya sudah kesulitan menyatukan aparat keamanan Suriah yang terpecah.  


AS dan negara-negara Eropa, yang sebelumnya terlibat secara hati-hati dengan pemerintah transisi, mungkin mengevaluasi kembali sikap mereka jika peran Turki menjadi terlalu jelas. PBB sebelumnya mempertimbangkan untuk menghapus HTS dari daftar teroris jika menunjukkan inklusivitas, tetapi intervensi eksternal dapat mengubah hal ini.  


Evakuasi pimpinan Pemerintah Transisi Suriah, termasuk Ahmed al-Sharaa (al-Jolani), ke Turki melalui transportasi udara intelijen Turki memperlihatkan pengaruh kuat Ankara dalam menentukan arah politik Suriah. Meski langkah ini dapat memberikan keamanan jangka pendek bagi tokoh-tokoh kunci, risiko melemahkan kedaulatan Suriah dan memperpanjang ketidakstabilan tetap ada. Seiring berjalannya masa transisi, peran Turki di Damaskus akan menjadi faktor krusial dalam menentukan apakah Suriah bisa mencapai perdamaian yang langgeng atau tetap terjebak dalam permainan geopolitik eksternal.  


Untuk informasi lebih lanjut tentang pembentukan dan kebijakan pemerintah transisi, lihat [Wikipedia](https://en.wikipedia.org/wiki/Syrian_transitional_government) dan [Reuters](https://www.reuters.com/world/middle-east/syrias-president-al-sharaa-forms-new-transitional-government-2025-03-29/).

TerPopuler