Mengenal Masoud Pezeshkian: Harapan Baru Iran di Bawah Kepemimpinan Reformis -->

Mengenal Masoud Pezeshkian: Harapan Baru Iran di Bawah Kepemimpinan Reformis

3 Jul 2025, July 03, 2025

 

Foto:Vistorbelitung

VISTORBELITUNG.COM,Teheran, Iran – Setelah melalui proses pemilihan yang penuh sorotan, Iran kini memiliki pemimpin baru: Masoud Pezeshkian. Kemenangannya dalam pemilihan presiden putaran kedua pada 5 Juli 2024 lalu menandai era baru bagi Republik Islam Iran, dengan harapan akan membawa angin segar reformasi setelah hampir dua dekade kepemimpinan konservatif.


Lahir pada tahun 1954 di Mahabad, provinsi Azerbaijan Barat, Masoud Pezeshkian adalah sosok yang kaya akan pengalaman, baik di bidang medis maupun politik. Ia merupakan keturunan campuran Azerbaijan-Kurdi dan fasih berbahasa Azerbaijan serta Kurdi. Sebelum Revolusi Islam pada tahun 1979, Pezeshkian telah menempuh pendidikan kedokteran.


Perjalanan karier medisnya tak terlepas dari dinamika negaranya. Sebagai dokter muda, ia mengorganisir bantuan medis bagi tentara yang terluka selama Perang Iran-Irak pada tahun 1980-an. Setelah konflik, ia mengambil spesialisasi dalam bidang bedah jantung, sebuah keahlian yang memberinya julukan "ahli bedah jantung". Ia bahkan pernah mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, menunjukkan kapasitasnya di dunia akademik dan kesehatan.


Keterlibatan Pezeshkian dalam dunia politik dimulai pada tahun 1997 ketika ia terpilih sebagai Wakil Menteri Kesehatan di era pemerintahan reformis Presiden Mohammad Khatami. Kemudian, ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan di bawah presiden yang sama dari tahun 2001 hingga 2005. Sejak tahun 2008, ia telah mewakili Kota Tabriz di parlemen Iran, bahkan menjadi anggota presidium parlemen dari 2016 hingga 2020.


Meskipun dua kali gagal dalam pencalonan presiden sebelumnya (2013 dan 2021), kegigihannya membuahkan hasil pada pemilihan 2024. Kemenangannya atas Saeed Jalili, tokoh garis keras, dianggap sebagai kejutan dan sinyal keinginan publik Iran untuk perubahan.


Pezeshkian dikenal sebagai politisi yang berani menyuarakan kritik, bahkan terhadap kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi. Pasca kerusuhan pemilu 2009, ia secara terbuka mengkritik perlakuan pemerintah terhadap pengunjuk rasa, meskipun hal tersebut memicu reaksi balik dari politisi garis keras.


Salah satu poin penting dalam visi politiknya adalah pembelaannya terhadap perjanjian nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar. Perjanjian ini, yang dibatalkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump, diharapkan dapat dihidupkan kembali di bawah kepemimpinannya, membuka jalan bagi pelonggaran sanksi ekonomi dan integrasi Iran ke panggung global.


Banyak pendukung Pezeshkian berharap ia akan memprioritaskan hak-hak perempuan dan membawa perubahan positif dalam kehidupan sosial dan ekonomi Iran. Kemenangannya telah menggagalkan rencana kelompok Islam garis keras yang ingin mempertahankan kendali penuh atas kekuasaan.


Namun, tantangan yang dihadapi Pezeshkian tidaklah ringan. Meskipun menjabat sebagai presiden, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei tetaplah "dalang" utama dalam sistem politik Iran. Kaum reformis pun dihadapkan pada pekerjaan rumah besar untuk mereformasi struktur politik yang telah ada selama 45 tahun sejak Revolusi Islam.


Pelantikan Masoud Pezeshkian pada 30 Juli 2024 menandai babak baru bagi Iran. Dengan latar belakang sebagai ahli bedah jantung dan rekam jejak politik yang berani, Masoud Pezeshkian diharapkan mampu membawa Iran menuju masa depan yang lebih terbuka, adil, dan sejahtera, di tengah kompleksitas geopolitik dan dinamika internal negaranya.


TerPopuler