![]() |
Foto:Raja Thailand |
VISTORBELITUNG.COM,Bangkok, Thailand – 26 Juli 2025 – Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah memasuki babak baru yang lebih berbahaya setelah Angkatan Udara Kerajaan Thailand (RTAF) melancarkan serangan udara presisi terhadap target militer Kamboja. Jet tempur F-16 dan JAS 39 Gripen dikerahkan untuk menyerang posisi Kamboja di Phu Makuea dan dekat Prasat Ta Muean Thom, menyusul laporan intelijen yang mengindikasikan Kamboja sedang mempersiapkan sistem artileri dan Multiple Launch Rocket System (MLRS) di dekat perbatasan, bersiap untuk menyerang wilayah Thailand.
Operasi udara ini menandai eskalasi signifikan dalam ketegangan yang telah berlangsung selama berminggu-minggu, yang sebelumnya telah melibatkan baku tembak artileri dan insiden ranjau darat yang melukai tentara Thailand. Thailand menuduh Kamboja menempatkan ranjau darat baru di wilayah sengketa dan melakukan serangan roket ke wilayah Thailand, termasuk area sipil dan rumah sakit.
Menurut sumber resmi RTAF, serangan udara pada hari ini, 26 Juli 2025, melibatkan dua F-16 buatan AS dan dua Gripen buatan Swedia. Target utama adalah posisi militer Kamboja di Phu Makuea dan dekat Candi Ta Muen Thom (Prasat Ta Muean Thom). Intelijen menunjukkan bahwa di lokasi-lokasi ini, pasukan Kamboja telah membangun posisi artileri dan MLRS, serta menempatkan personel dengan tujuan menembakkan proyektil secara sembarangan ke wilayah Thailand.
"Operasi ini berhasil menetralkan kedua target, dan semua pesawat kembali dengan selamat ke pangkalan operasional mereka," kata seorang juru bicara RTAF. Ini merupakan konfirmasi pertama penggunaan jet JAS 39 Gripen dalam pertempuran oleh Thailand.
Konflik ini berpusat pada sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama, khususnya di sekitar situs-situs bersejarah seperti Kuil Preah Vihear dan area sekitarnya, termasuk Ta Muen Thom. Meskipun Mahkamah Internasional telah mengintervensi di masa lalu, demarkasi perbatasan yang jelas masih menjadi sumber perselisihan.
Ketegangan meningkat pesat setelah Thailand menuduh Kamboja menempatkan ranjau darat baru yang melukai tentaranya. Pada 24 Juli 2025, baku tembak sengit pecah di beberapa titik di sepanjang perbatasan, termasuk dekat Kuil Ta Muen Thom. Thailand melaporkan adanya korban sipil dan militer akibat tembakan artileri dan roket Kamboja.
Di sisi lain, Kamboja menuduh Thailand memulai agresi dan mengklaim serangan mereka murni untuk membela diri. Kamboja juga mendesak intervensi Dewan Keamanan PBB dan menuduh Thailand menggunakan munisi tandan yang dilarang berdasarkan perjanjian internasional, sebuah klaim yang dibantah keras oleh Thailand.
Dengan eskalasi ini, peringatan Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, bahwa konflik "bisa berubah menjadi perang skala penuh" kini terasa semakin nyata. Penolakannya terhadap tawaran mediasi dari Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan tekad Bangkok untuk menyelesaikan masalah ini secara bilateral, meskipun hal itu berisiko meningkatkan tensi.
Lebih dari 130.000 orang telah mengungsi di kedua sisi perbatasan, menunjukkan dampak kemanusiaan yang parah. Dewan Keamanan PBB telah mengadakan pertemuan darurat untuk membahas krisis ini, namun dengan aksi militer langsung seperti serangan udara ini, tekanan untuk menemukan solusi diplomatik yang cepat menjadi semakin mendesak.
Dunia kini menanti dengan cemas langkah selanjutnya dari kedua negara, dan apakah upaya diplomatik internasional dapat menghentikan spiral kekerasan yang mengancam stabilitas regional.