![]() |
Foto:Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengeluarkan peringatan serius bahwa situasi tersebut "bisa berubah menjadi perang skala penuh." |
VISTORBELITUNG.COM,Bangkok, Thailand – 26 Juli 2025 – Konflik perbatasan yang sedang berlangsung antara Thailand dan Kamboja telah meningkat secara dramatis, dengan Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengeluarkan peringatan serius bahwa situasi tersebut "bisa berubah menjadi perang skala penuh." Dalam langkah yang mengejutkan pengamat internasional, perdana menteri Thailand secara eksplisit menolak tawaran mediasi dari Amerika Serikat dan Tiongkok, bersikeras pada resolusi bilateral terhadap permusuhan yang memanas.
Situasi genting ini telah mendorong Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengadakan pertemuan darurat malam ini di New York, karena kekhawatiran meningkat atas stabilitas regional. Lebih dari 130.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka di daerah perbatasan, menyoroti dampak kemanusiaan yang parah dari bentrokan yang kembali terjadi.
Pertempuran telah berkecamuk selama tiga hari, dengan laporan artileri berat, tembakan roket, dan bahkan serangan udara. Kedua belah pihak saling menuduh memulai kekerasan dan menargetkan daerah sipil. Thailand juga telah menyatakan keadaan darurat militer di delapan distrik yang berbatasan dengan Kamboja, menggarisbawahi keseriusan krisis.
Penolakan tegas Perdana Menteri Wechayachai terhadap mediasi pihak ketiga dari kekuatan global seperti AS dan Tiongkok menandakan sikap tegas Bangkok untuk menyelesaikan sengketa ini secara langsung dengan Phnom Penh. Pejabat Thailand telah berulang kali menyatakan bahwa "pintu mereka masih terbuka" untuk pembicaraan bilateral, tetapi hanya setelah Kamboja menghentikan serangannya.
Sebaliknya, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk campur tangan, menuduh Thailand "agresi militer tanpa provokasi dan disengaja." Meskipun proposal gencatan senjata yang dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dilaporkan disepakati oleh Kamboja, Hun Manet menyatakan bahwa Thailand kemudian menarik dukungannya, sebuah langkah yang ia gambarkan sebagai "menyesalkan."
Konflik yang sedang berlangsung berakar pada sengketa perbatasan yang telah lama ada, terutama di sekitar situs-situs bersejarah seperti kuil Preah Vihear. Meskipun ada intervensi di masa lalu oleh Mahkamah Internasional dan upaya regional, resolusi yang langgeng tetap sulit dicapai.
Dengan ribuan orang mengungsi dari rumah mereka dan korban terus bertambah, komunitas internasional mengamati dengan cemas saat kedua negara Asia Tenggara ini berada di ambang konflik yang lebih luas. Hasil pertemuan Dewan Keamanan PBB malam ini sangat dinantikan, karena para diplomat mencari jalan menuju de-eskalasi dan kembali ke perdamaian.