 |
| Foto:pixabay |
VISTORBELITUNG.COM,Standar kecantikan wanita selalu berubah seiring berjalannya waktu. Pada abad ke-19, atau yang sering disebut dengan Era Victoria, kecantikan memiliki definisi yang sangat spesifik dan berbeda jauh dari pandangan modern saat ini.
Standar kecantikan di era ini dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya, di mana wanita ideal dianggap sebagai sosok yang rapuh, murni, dan sering kali tampak sakit-sakitan. Hal ini bahkan membuat beberapa penyakit seperti TBC (tuberkulosis) dianggap sebagai tanda kecantikan. Berikut adalah ciri-ciri utamanya:
Memiliki Kulit yang sangat pucat, bahkan nyaris putih, adalah simbol kekayaan dan status sosial. Ini menunjukkan bahwa wanita tersebut tidak perlu bekerja di luar ruangan di bawah sinar matahari.
Tubuh Ramping dan Pinggang Super Kecil: Pinggang kecil adalah salah satu standar kecantikan yang paling ekstrem di era ini. Untuk mencapainya, wanita menggunakan korset yang sangat ketat, yang sering kali berdampak buruk pada kesehatan mereka, seperti merusak organ dalam dan tulang rusuk.
Wajahnya Oval dengan Pipi Merah Jambu Wajah oval dengan pipi yang merona tipis dianggap ideal. Kadang, untuk menciptakan kesan ini, wanita bahkan menggunakan riasan yang mengandung timbal atau arsenik, yang sangat berbahaya.
Rambut Panjang dan Tebal,yang digelung atau disanggul ke atas menjadi gaya yang sangat populer. Sanggul tinggi yang dihiasi dengan berbagai aksesori seperti pita dan bulu juga sangat digemari.
Informasi mengenai tinggi rata-rata wanita di abad ke-19 memang bervariasi tergantung lokasi dan status sosial. Namun, secara umum, tinggi rata-rata orang, termasuk wanita, pada masa itu lebih pendek daripada sekarang.
Tingginya nutrisi dan sanitasi modern belum ditemukan, sehingga pertumbuhan fisik tidak seoptimal saat ini. Data historis dari beberapa negara menunjukkan bahwa tinggi rata-rata wanita di abad ke-19 berkisar antara 150 hingga 160 cm. Seorang wanita dengan tinggi di atas 160 cm sudah dianggap cukup tinggi pada masanya.