![]() |
Foto:Pesawat Militer India IAF |
VISTORBELITUNG.COM,Angkatan Udara India (IAF) kembali menghadapi tantangan serius terkait keselamatan penerbangan setelah dilaporkan kehilangan lima pesawat dalam kurun waktu tahun 2025 saja. Insiden-insiden ini tidak terjadi dalam kondisi perang, melainkan selama masa damai. Laporan menyebutkan bahwa tiga pesawat Jaguar, satu Mirage-2000, dan satu pesawat angkut An-32 menjadi korban kecelakaan.
Rentetan kecelakaan ini menambah panjang daftar kehilangan pesawat yang dialami IAF dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2020, total 42 pesawat telah hilang, dengan rata-rata lebih dari tujuh pesawat per tahun. Jika ditarik lebih jauh, data dari tahun 2015 hingga 2024 menunjukkan angka yang lebih mengkhawatirkan: 104 pesawat hilang. Jumlah ini setara dengan kehilangan enam skadron penuh, sebuah kerugian yang signifikan bagi kekuatan udara sebuah negara.
Berbagai faktor dapat berkontribusi pada tingginya angka kecelakaan ini. Salah satu faktor utama adalah usia armada pesawat yang sudah tua. Banyak pesawat tempur IAF, seperti Jaguar, telah beroperasi selama beberapa dekade dan mungkin menghadapi masalah struktural atau mekanis yang sulit dideteksi. Perawatan yang intensif dan peremajaan komponen menjadi sangat krusial, namun hal ini tidak selalu dapat mencegah kegagalan fatal.
Selain itu, faktor human error juga seringkali menjadi penyebab, baik dari pilot maupun tim perawatan darat. Kondisi pelatihan yang ketat dan tekanan operasional yang tinggi dapat berkontribusi pada kesalahan pilot. Di sisi lain, kesalahan dalam pemeliharaan atau kurangnya inspeksi yang teliti dapat menyebabkan kegagalan teknis yang tidak terduga.
Implikasi dari serangkaian kecelakaan ini sangat luas. Dari segi finansial, kehilangan setiap pesawat menelan biaya jutaan dolar, yang merupakan kerugian besar bagi anggaran pertahanan. Lebih penting lagi, kecelakaan ini juga merenggut nyawa pilot-pilot yang terlatih, menyebabkan kerugian besar dalam hal sumber daya manusia. Moral para personel militer juga dapat terpengaruh, menciptakan kekhawatiran tentang keselamatan dan efektivitas armada.
IAF telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai cara. Program modernisasi armada menjadi salah satu prioritas, dengan rencana untuk mengganti pesawat-pesawat tua dengan model yang lebih baru dan canggih, seperti Rafale dan LCA Tejas. Peningkatan standar pelatihan pilot dan penerapan teknologi simulasi juga menjadi fokus untuk mengurangi risiko human error.
Meskipun demikian, tantangan yang dihadapi IAF tidak mudah. Proses modernisasi membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Selain itu, memastikan setiap pesawat, baik yang baru maupun yang lama, selalu dalam kondisi prima memerlukan komitmen dan sumber daya yang tak henti-hentinya.
Angka kecelakaan yang terus meningkat ini menjadi pengingat yang kuat bahwa keselamatan penerbangan adalah sebuah tantangan berkelanjutan. Perlu ada evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan perawatan, prosedur operasional, dan program pelatihan untuk memastikan IAF dapat beroperasi dengan aman dan efektif di masa depan.