![]() |
Foto:reformasi pajak yang berpotensi mengguncang perekonomian dan memberikan keringanan signifikan bagi jutaan warga |
VISTORBELITUNG.COM,NEW DELHI - Dalam sebuah langkah reformasi pajak yang berpotensi mengguncang perekonomian dan memberikan keringanan signifikan bagi jutaan warga, pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi dikabarkan sedang merencanakan perombakan besar-besaran terhadap Goods and Services Tax (GST).
Perubahan ini dilaporkan akan memperkenalkan struktur pajak dua tingkat yang lebih sederhana dan lebih menguntungkan bagi konsumen.
Menurut kantor berita PTI, proposal yang saat ini sedang dipertimbangkan oleh pemerintah pusat akan menyederhanakan struktur GST yang kompleks menjadi hanya dua tingkatan utama: 5% dan 18%. Langkah drastis ini bertujuan untuk mengurangi beban pajak pada sebagian besar barang dan jasa, sekaligus memastikan barang-barang mewah dan "barang dosa" tetap dikenakan pajak yang tinggi.
Inti dari reformasi ini adalah rencana untuk menurunkan tarif pajak pada hampir 99% barang yang saat ini berada di kategori 12%. Barang-barang ini, yang mencakup banyak item kebutuhan sehari-hari, akan dipindahkan ke kategori pajak yang lebih rendah, yaitu 5%.
Perubahan ini diperkirakan akan memberikan dampak langsung dan positif bagi rumah tangga di seluruh India. Dengan tarif pajak yang lebih rendah pada barang-barang konsumsi, daya beli masyarakat akan meningkat, yang pada gilirannya dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tekanan inflasi.
Penyederhanaan Tarif Tinggi
Selain itu, proposal ini juga menargetkan penyederhanaan pada tarif pajak tertinggi. Dilaporkan bahwa 90% barang kena pajak yang saat ini berada di kategori 28% akan dipindahkan ke tarif 18%.
Ini akan mengurangi jumlah barang yang dikenakan tarif pajak super tinggi, membuat sistem pajak lebih rasional dan efisien.
Perubahan ini juga akan memberikan kejelasan bagi para pelaku bisnis dan konsumen, mengurangi kerumitan yang sering dikaitkan dengan rezim GST saat ini.
Pajak Khusus untuk Barang Mewah dan 'Barang Dosa'
Untuk memastikan pendapatan negara tetap stabil, pemerintah berencana memperkenalkan tarif khusus yang sangat tinggi, yaitu 40%, untuk barang-barang mewah dan yang disebut "barang dosa" (sin goods). Kategori ini biasanya mencakup produk-produk seperti rokok, alkohol, mobil mewah, dan barang-barang konsumsi kelas atas lainnya.
Langkah ini sejalan dengan prinsip perpajakan progresif, di mana barang-barang yang tidak esensial dan konsumsi yang merusak dikenakan pajak lebih tinggi. Pendapatan tambahan dari tarif 40% ini dapat digunakan untuk mendanai program-program sosial atau mengurangi defisit fiskal.
Rencana perombakan GST ini datang setelah Perdana Menteri Modi dalam pidato Hari Kemerdekaan India berjanji untuk melakukan reformasi GST generasi berikutnya guna mengurangi beban pajak pada warga negara. Proposal ini, jika disetujui, akan menandai salah satu reformasi pajak paling signifikan sejak GST pertama kali diberlakukan pada tahun 2017.
Pakar ekonomi dan analis pasar kini menunggu detail lebih lanjut mengenai implementasi proposal ini. Dampak jangka panjang dari perubahan ini terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan pendapatan pemerintah akan menjadi fokus utama perhatian dalam beberapa bulan mendatang. Namun, satu hal yang jelas: India sedang berada di ambang perombakan pajak yang berpotensi mengubah lanskap ekonomi negara itu secara fundamental.