![]() |
Foto:penerbangan langsung antara Tiongkok dan India dikabarkan akan kembali beroperasi |
VISTORBELITUNG.COM,Setelah hampir lima tahun terhenti, penerbangan langsung antara Tiongkok dan India dikabarkan akan kembali beroperasi. Berita ini muncul di tengah sinyal-sinyal pergeseran signifikan dalam orientasi kebijakan luar negeri India, yang tampak semakin condong ke Tiongkok dan Rusia, sementara hubungan dengan Amerika Serikat menghadapi ketegangan baru.
Penerbangan langsung antara kedua negara terpadat di dunia ini dihentikan pada awal tahun 2020 akibat pandemi COVID-19 dan ketegangan politik yang memuncak setelah bentrokan mematikan di perbatasan Himalaya. Selama periode tersebut, para pelancong terpaksa mengambil rute tidak langsung melalui pusat transit seperti Hong Kong atau Singapura, yang menambah waktu perjalanan secara signifikan.
Laporan terbaru menunjukkan bahwa pengumuman resmi mengenai dimulainya kembali penerbangan mungkin akan dilakukan saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin, Tiongkok, pada akhir Agustus 2025. Perdana Menteri India, Narendra Modi, dijadwalkan menghadiri acara tersebut, di mana ia kemungkinan akan bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Langkah ini dilihat sebagai bagian dari upaya kedua negara untuk memperbaiki hubungan yang tegang. Sebelumnya, India juga telah melonggarkan pembatasan visa turis untuk warga negara Tiongkok dan setuju untuk membuka kembali situs ziarah suci Gunung Kailash dan Danau Manasarovar di Tibet bagi peziarah India. Meskipun demikian, para analis mengingatkan bahwa pembukaan kembali jalur udara ini hanyalah langkah awal dan jalan menuju normalisasi penuh masih panjang, mengingat sengketa perbatasan yang belum terselesaikan.
Kembalinya penerbangan langsung antara Tiongkok dan India terjadi pada saat yang krusial. Hubungan India dengan Amerika Serikat belakangan ini mengalami penurunan drastis, terutama setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 50% untuk barang-barang impor India. Kebijakan ini merupakan sanksi dari AS atas keputusan India yang terus membeli minyak Rusia, yang menurut AS membantu mendanai perang di Ukraina.
Tindakan Trump ini telah memicu kemarahan di New Delhi, yang menilai kebijakan tersebut "tidak adil, tidak beralasan, dan tidak masuk akal." India berargumen bahwa pembelian minyak Rusia sangat penting untuk menjaga harga bahan bakar tetap terjangkau bagi konsumen domestiknya. Sebagai tanggapan, India menegaskan kembali komitmennya untuk memperdalam hubungan dengan Rusia. Perdana Menteri Modi telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan kedua pemimpin telah menyatakan keinginan untuk memperkuat kemitraan strategis mereka.
Perkembangan ini menandai keretakan yang signifikan dalam aliansi yang selama ini dibangun AS dan India untuk menyeimbangkan pengaruh Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Ketegangan dengan Washington mendorong New Delhi untuk menegaskan "otonomi strategis" mereka dan mencari mitra alternatif, termasuk Tiongkok dan Rusia, serta memperkuat blok BRICS.
Meskipun Tiongkok dianggap sebagai rival regional, pergeseran India ini memberikan keuntungan strategis bagi Beijing. Dengan dua rival utamanya, Washington dan New Delhi, yang sedang berselisih, Tiongkok dapat memperkuat posisinya di kawasan dan memperdalam hubungan dengan Rusia, mitra dagang dan militer penting bagi kedua negara.
Pembukaan kembali penerbangan langsung antara Tiongkok dan India adalah sinyal positif untuk perbaikan hubungan bilateral, meskipun ketidakpastian masih menyelimuti. Namun, yang lebih penting, langkah ini mencerminkan dinamika geopolitik yang lebih besar.
Ketika hubungan dengan AS merenggang akibat isu perdagangan dan sanksi terhadap Rusia, India tampaknya semakin terdorong untuk mencari keseimbangan baru dalam kebijakan luar negerinya. Kedekatan yang terlihat dengan Tiongkok dan Rusia menunjukkan bahwa New Delhi siap untuk menempuh jalan yang lebih mandiri dan multidimensi di panggung global, bahkan jika itu berarti mengorbankan beberapa aspek kemitraan strategisnya dengan Washington.