![]() |
Foto:Israel melancarkan serangan udara di Doha, ibu kota Qatar |
VISTORBELITUNG.COM,Langkah berani Israel menyerang Qatar, dengan berdalih Menargetkan Hamas yang ada di Qatar bukan hanya memicu kemarahan internasional, tetapi juga membuka babak baru konflik yang dapat mengubah peta politik Timur Tengah selamanya.
Pada tanggal 9 September 2025, Israel melancarkan serangan udara di Doha, ibu kota Qatar, yang menargetkan pimpinan politik Hamas. Serangan ini terjadi di kawasan permukiman padat penduduk dan mengakibatkan kematian enam orang, termasuk putra Khalil al-Hayya (negosiator utama Hamas), empat anggota Hamas lainnya, dan seorang petugas keamanan Qatar .
Ini merupakan pelanggaran kedaulatan pertama Israel terhadap negara Teluk yang selama ini dianggap sebagai sekutu AS dan mediator dalam perundingan gencatan senjata. Israel beralasan bahwa serangan ini adalah balasan atas serangan Hamas di Yerusalem pada 8 September 2025 yang menewaskan enam orang.
Pemerintah Qatar menyatakan serangan ini sebagai "terorisme negara" yang dilakukan oleh Israel. Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan bahwa negaranya akan melakukan pembalasan:
Qatar berkomitmen untuk bertindak tegas terhadap segala sesuatu yang menargetkan wilayahnya dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk membalas .
Al Thani menyerukan respon kolektif dari seluruh kawasan terhadap aksi barbar Israel, menekankan bahwa Netanyahu telah membawa Timur Tengah ke dalam kekacauan .
Qatar juga mengkritik keras komentar Netanyahu yang mengancam akan melakukan serangan lebih lanjut jika Qatar tidak mengusir atau menyerahkan pimpinan Hamas.
Qatar tidak sendirian dalam mengecam serangan ini. Beberapa negara Arab dan sekutu regional telah menyatakan solidaritas mereka:
Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Yordania, dan Arab Saudi telah mengutuk serangan tersebut dan menyatakan dukungan penuh bagi Qatar .
Pemimpin UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan menyatakan serangan Israel sebagai "kriminal" dan ancaman terhadap stabilitas regional .
Arab Saudi melalui Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) berjanji untuk berdiri bersama Qatar "tanpa batas" dan menyediakan semua kemampuan yang diperlukan untuk membalas .
Dukungan ini menunjukkan bahwa serangan Israel tidak hanya dilihat sebagai agresi terhadap Qatar, tetapi juga sebagai ancaman terhadap keamanan kolektif kawasan.
Serangan ini terjadi pada saat yang sangat kritis ketika tim negosiasi Hamas sedang mempelajari proposal gencatan senjata baru dari AS. Qatar telah menjadi mediator kunci dalam perundingan antara Israel dan Hamas, dan serangan ini dipandang sebagai upaya untuk menggagalkan proses perdamaian .
Qatar menyatakan bahwa serangan ini "membunuh harapan" untuk penyanderaan Israel yang masih ditahan di Gaza,20 dari 48 sandera yang masih hidup di Gaza sekarang dihadapkan pada ketidakpastian yang lebih besar untuk dibebaskan.
AS, sekutu utama kedua Israel dan Qatar, menemukan diri berada dalam posisi yang sulit. Presiden Donald Trump menyatakan bahwa AS "tidak senang" dengan serangan tersebut dan menegaskan bahwa AS tidak diberi tahu sebelumnya .
White House Press Secretary Karoline Leavitt menyatakan bahwa pemboman di Qatar "tidak memajukan tujuan Israel atau Amerika" .Namun, AS juga mengakui bahwa Israel memiliki hak untuk menargetkan pimpinan Hamas .
Qatar tidak hanya mempertimbangkan pembalasan militer atau ekonomi, tetapi juga langkah-langkah hukum internasional,Qatar dan negara-negara sekutu regionalnya sedang menyusun tim hukum untuk membawa Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas pelanggaran hukum internasional .
ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada tahun 2024 terkait kejahatan perang di Gaza .Meskipun Qatar belum merinci bentuk pembalasan yang akan diambil, beberapa opsi yang mungkin dipertimbangkan termasuk:
1. Pembalasan Diplomatik: Qatar dapat memimpin upaya di PBB untuk mengutuk Israel dan menjatuhkan sanksi. Sidang Dewan Keamanan PBB sudah dijadwalkan pada 11 September 2025 untuk membahas serangan ini .
2. Pembalasan Ekonomi: Sebagai salah satu negara terkaya di dunia, Qatar memiliki leverage ekonomi yang signifikan. Meskipun tidak jelas apakah Qatar akan menggunakan minyak dan gas sebagai senjata, hal itu tidak dapat diabaikan.
3. Pembalasan Militer: Meskipun kecil kemungkinannya, Qatar dapat mempertimbangkan respons militer tidak langsung dengan mendukung kelompok-kelompok yang menentang Israel di kawasan itu.
4. Mengakhiri Mediasi: Qatar dapat menghentikan perannya sebagai mediator dalam perundingan antara Israel dan Hamas, yang akan menjadi pukulan besar bagi proses perdamaian .
Serangan Israel di Doha bukan hanya sebuah serangan militer; ini adalah pergeseran paradigma dalam dinamika regional. Dengan mengabaikan kedaulatan Qatar sebuah negara yang memiliki hubungan informal dengan Israel dan menjadi tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan itu Israel telah mengambil risiko yang sangat besar.
Dukungan regional yang kuat untuk Qatar dan janji pembalasan menandai bahwa krisis ini mungkin akan berlarut-larut dan berpotensi melebar. Dunia sekarang menunggu untuk melihat bagaimana Qatar akan membalas, dan apakah respons mereka akan memicu konflik yang lebih besar atau justru membuka jalan untuk de-eskalasi melalui tekanan diplomatik.
Satu hal yang pasti,hubungan Israel dengan negara-negara Teluk telah mencapai titik terendah yang baru, dan jalan menuju pemulihan akan sangat panjang dan berliku.