![]() |
| Foto:x |
VISTORBELITUNG.COM,WASHINGTON, - Amerika Serikat (AS) bersiap melakukan dua langkah strategis besar di Timur Tengah dengan menjalin kerja sama nuklir sipil dan membuka opsi penjualan jet tempur canggih F-35 Lightning II kepada Kerajaan Arab Saudi.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Presiden Donald Trump, menguatkan posisi Washington di kawasan yang tengah mengalami pergeseran geopolitik.
Presiden Trump, dalam keterangannya, menyatakan bahwa pemerintahannya akan menyetujui penjualan pesawat tempur siluman generasi kelima F-35 kepada Riyadh.
"Ini akan menjadi penjualan peralatan militer yang sangat besar, termasuk pesawat-pesawat canggih seperti F-35," ujar Trump, seperti dilaporkan Reuters, Rabu (16/9/2020).
Meski demikian, Trump menekankan bahwa penjualan senjata ini masih akan melalui proses persetujuan Kongres, yang seringkali menjadi tantangan bagi kebijakan luar negeri pemerintahannya.
Kerja Sama Nuklir Sipil Akan Diteken
Tidak hanya penjualan jet tempur, pemerintah AS juga dikabarkan akan segera menandatangani framework atau kerangka kerja sama nuklir sipil dengan Arab Saudi.
Kesepakatan ini, yang dikenal sebagai "123 Agreement", akan membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan AS untuk terlibat dalam pengembangan program energi nuklir di Arab Saudi. Energi nuklir sipil diyakini dapat membantu diversifikasi sumber energi Kerajaan dan mengurangi ketergantungan pada minyak.
Kerja sama ini merupakan bagian dari visi Arab Saudi 2030 yang dicanangkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kedua langkah AS ini, jika terealisasi, akan memiliki dampak signifikan terhadap peta kekuatan di Timur Tengah.
Penjualan F-35 kepada Arab Saudi akan menjadi pertama kalinya negara di kawasan itu, selain Israel, memiliki jet tempur siluman tercanggih di dunia. Hal ini berpotensi mengubah kalkulasi militer, terutama dalam menghadapi ancaman dari Iran.
Israel, sekutu terdekat AS di kawasan, sebelumnya telah menyatakan kekhawatirannya jika teknologi F-35 jatuh ke tangan negara-negara Arab tetangganya. Namun, laporan menyebutkan bahwa AS telah memberikan jaminan kepada Israel untuk mempertahankan keunggulan militernya di kawasan (Qualitative Military Edge).
Sementara itu, kerja sama nuklir sipil juga menuai perhatian dari pengawas non-proliferasi. Mereka memperingatkan agar kesepakatan tersebut harus memiliki pengawasan yang ketat untuk mencegah diversifikasi program nuklir sipil ke arah militer.
Kedua kesepakatan potensial ini menunjukkan upaya AS untuk memperkuat aliansi strategisnya dengan Arab Saudi di bawah kepemimpinan Trump, sekaligus menandingi pengaruh Rusia dan Tiongkok yang juga aktif mendekati Riyadh.
Namun, jalan menuju realisasi kedua hal ini masih panjang dan berliku. Penjualan F-35 harus mendapatkan lampu hijau dari Kongres, yang kerap mengkritik catatan hak asasi manusia Arab Saudi, terutama dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Di sisi lain, kerja sama nuklir juga membutuhkan persetujuan Kongres dan harus memenuhi standar non-proliferasi yang ketat.
Pemerintah Trump tampaknya yakin dapat melewati semua hambatan ini, menegaskan bahwa kerja sama dengan Arab Saudi sangat penting untuk stabilitas kawasan dan kepentingan nasional AS.
Vistorbelitung.com akan terus memantau perkembangan berita ini.
---
