![]() |
| Foto:x/Burkina Faso |
VISTORBELITUNG.COM,OUAGADOUGOU – Tiongkok terus memperkuat kehadirannya di Afrika Barat melalui langkah strategis yang mengombinasikan bantuan pembangunan infrastruktur energi terbarukan dengan modernisasi militer. Baru-baru ini, Tiongkok menyalurkan pinjaman konsesi senilai sekitar $49,3 juta (setara dengan kurang lebih Rp 814 miliar) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bandara Internasional Donsin, Burkina Faso.
Proyek energi hijau ini menandai babak baru dalam kerja sama bilateral, sementara di sisi lain, Beijing juga memasok peralatan tempur canggih untuk membantu Ouagadougou dalam menghadapi tantangan keamanan di kawasan Sahel.
Bukan $49 miliar seperti yang dilaporkan sebelumnya, melainkan $49 juta yang disetujui parlemen transisional Burkina Faso sebagai pinjaman dari Export-Import Bank of China (CHEXIM). Dana ini dialokasikan untuk membangun PLTS berkapasitas 25 MWp lengkap dengan sistem penyimpanan baterai (5MW/20MWh) di area Bandara Donsin, dekat ibu kota Ouagadougou.
Tujuan utama proyek ini adalah untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik di bandara sekaligus mengurangi ketergantungan negara pada listrik impor. Langkah ini sejalan dengan ambisi Burkina Faso untuk memperluas sektor energi surya mereka, di mana negara tersebut sudah menjadi salah satu produsen energi surya terbesar di jaringan Afrika Barat.
Di tengah ancaman kelompok bersenjata di wilayah Sahel, Tiongkok juga tampil sebagai pemasok utama dalam upaya modernisasi militer Burkina Faso. Sejumlah kendaraan dan sistem senjata canggih telah diterima oleh angkatan bersenjata negara tersebut, termasuk:
VN22B Fire Support Vehicles Kendaraan pendukung tembakan beroda dengan persenjataan utama meriam berulir 105 mm. Kendaraan ini dirancang untuk memberikan daya tembak superior dan meningkatkan mobilitas pasukan di berbagai medan tempur.
PLL-05 Self-Propelled Gun-Mortars Kendaraan artileri yang menawarkan kemampuan ganda sebagai mortir dan senjata tembakan langsung, memberikan fleksibilitas operasional yang sangat dibutuhkan.
SR5 Multiple Rocket Launch Systems (MLRS): Sistem peluncur roket multipel modular yang mampu meluncurkan amunisi berpemandu maupun tanpa panduan, memungkinkan serangan presisi atau serangan saturasi untuk menghadapi target musuh yang menyebar.
Pengadaan senjata ini merupakan bagian dari rencana modernisasi pertahanan yang lebih luas yang diumumkan oleh pemimpin junta, Kapten Ibrahim Traoré. Dengan pasokan ini, Burkina Faso berharap dapat meningkatkan kapabilitas tempurnya secara signifikan untuk menghadapi insurjensi dan menjamin keamanan dalam negeri.
Kolaborasi yang makin erat antara Tiongkok dan Burkina Faso ini terjadi di tengah pergeseran geopolitik di Afrika, di mana banyak negara, terutama yang mengalami kudeta militer seperti Burkina Faso, mulai menjauh dari mitra tradisional Barat (khususnya Prancis) dan beralih ke negara-negara seperti Tiongkok dan Rusia.
Langkah ini menunjukkan strategi Beijing yang efektif, yaitu menggabungkan "diplomasi infrastruktur" (melalui proyek energi dan pembangunan) dengan "diplomasi keamanan" (melalui penjualan senjata dan pelatihan militer). Ini tidak hanya membantu Tiongkok memperdalam hubungan diplomatik dan komersial, tetapi juga memperluas pengaruhnya di sektor keamanan Afrika.
Kolaborasi bilateral ini menegaskan bagaimana Tiongkok memainkan peran sentral dalam transformasi energi dan upaya stabilisasi keamanan di salah satu kawasan paling bergejolak di Afrika.
