Anak Pengungisan Uighur di Turki |
PCN MEDIA,Turki.Menengok Nasib Pengungsi Anak Uighur yang berada di Pengungsian.
Ruangan itu sederhana, bernuansa putih dan biru laut. Layaknya ruang kelas, papan tulis dan seperangkat meja belajar di sisi kanan dan kiri ruang seluas sekitar 5x3 meter ini. Selama bertahun-tahun ruang kelas itu menjadi tempat belajar para siswa keturunan Uighur yang mengungsi di Turki.
Senin (24/12), Tim SOS untuk Uighur I - ACT menyapa pengungsi anak Uighur yang tengah belajar di sebuah asrama berlantai lima. Selain ruang kelas, asrama ini juga dilengkapi perpustakaan mini dan kamar tidur untuk anak-anak Uighur. Mereka umumnya yatim atau anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka.
“Orang tua mereka di Cina. Dahulu kan orang tua mereka mengantar anak-anaknya ke Turki, namun sekembalinya mereka (orang tua) ke Cina, paspor mereka dicabut oleh pemerintah sehingga tidak bisa mobilisasi ke luar negeri,” terang Firdaus Guritno dari Tim SOS untuk Uighur I - ACT, Senin (24/12).
Ada 50 murid Uighur yang belajar di asrama tersebut. Mereka tidak dapat mengikuti pendidikan formal di Turki mengingat adanya kendala kelengkapan dokumen kependudukan mereka.
Warga Uighur yang sudah menetap resmi dan bekerja di Turki, membantu anak-anak tersebut agar pengungsi anak juga mendapatkan pendidikan yang baik layaknya belajar di sekolah formal.
Baca Juga:Salah Satu Peserta Motor Rally Throne Trophy Mengalami Kecelakaan di Lintasan Belitung
“Mereka diajari ilmu sains, ilmu sosial, bahasa Inggris, bahasa Uighur, juga kultur budaya Uighur,” ungkap Ayse, salah satu akademisi Uighur di asrama itu.
Ia menambahkan, 50 anak Uighur yang diasuh di asrama itu hanya sebagian kecil saja. Masih banyak pengungsi anak Uighur lainnya yang membutuhkan dukungan finansial untuk kebutuhan hidup dan pendidikan.
Berikhtiar membantu pendidikan pengungsi anak Uighur, ACT memberikan beasiswa pendidikan untuk 50 pengungsi anak di asrama tersebut selama beberapa bulan ke depan.
“Ini amanah dari masyarakat Indonesia untuk saudara-saudara Uighur. Semoga ini bermanfaat untuk menunjang pendidikan mereka, hak dasar setiap insan manusia,” ujar Firdaus.
Bantuan pendidikan menjadi bentuk dari penyelamatan kehidupan bagi penyintas krisis kemanusiaan, selain dari bantuan pangan, sandang, dan papan. Sebelumnya, pada awal 2017, ACT juga memberikan bantuan pendidikan kepada mahasiswa Uighur yang menempuh ilmu di Turki.
Diaspora Uighur di Turki sendiri mencapai 50.000 jiwa. Sebagian telah menetap resmi, sebagiannya lagi merupakan pengungsi. Selain akademisi, mereka umumnya berprofesi sebagai wirausaha, mahasiswa, dan pelajar. Tidak hanya di Turki, diaspora Uighur lainnya juga menyebar di wilayah yang berdekatan dengan Cina, seperti Kazakhstan, Kirgistan, dan Uzbekistan.
“Lulusan” kamp konsentrasi
Sambil memperlihatkan aktivitas belajar mengajar di ruang kelas itu, Ayse menceritakan keprihatinannya terhadap sejumlah murid. Sebagian dari mereka tidak bisa lagi berhubungan dengan orang tua masing-masing.
“Paspor orang tua mereka dicabut, atau bahkan ada yang harus masuk kamp konsentrasi,” ungkap Ayse, membenarkan keberadaan kamp konsentrasi tersebut di Cina.
Pernyataan itu juga diamini oleh masyarakat Uighur yang bermukim di Turki. Bahkan, sebagian di antara mereka merupakan “lulusan” dari kamp tersebut. Mereka mengaku kerap mengalami penyiksaan, tekanan, interogasi, dan bentuk intimidasi lainnya.
Pasang surut krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Uighur telah terjadi puluhan tahun silam. Krisis semakin memuncak dengan adanya pembatasan HAM terhadap masyarakat Uighur, seperti pelarangan untuk beribadah.
Seperti nasib penyintas krisis kemanusiaan lainnya, etnis Uighur tak luput dari dampak krisis yang menggerogoti kualitas hidup mereka. Saat ini, ACT terus berikhtiar menjangkau pengungsi Uighur di sejumlah negara, menyalurkan amanah kepedulian masyarakat Indonesia.
“Tim SOS untuk Uighur I - ACT juga menyebar ke beberapa negara yang menjadi suaka mereka, seperti Kirgistan, Uzbekistan, dan Kazakhstan. Fokus kami ada di pendistribusian bantuan pokok. Tim kami juga tengah berupaya untuk meninjau Uighur di Xinjiang. Mohon doanya agar misi kemanusiaan ini berjalan lancar,” pungkas Firdaus.
Baca Juga:Buaya Berukuran Rasaksa Menggeliat di bawah Jembatan Gantung,Kab.Belitung