![]() |
Foto: vistorbelitung/ilustrasi / ketegangan di Indo-Pasifik Pejabat AS Merespon Tiongkok |
VISTORBELITUNG.COM,WASHINGTON D.C. – [Tanggal,14 Juli 2025] Seorang pejabat senior Amerika Serikat hari ini mengeluarkan pernyataan tegas, menekankan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Indo-Pasifik siap untuk merespons jika Tiongkok melancarkan invasi ke Taiwan. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Selat Taiwan dan kekhawatiran global mengenai potensi konflik di salah satu titik panas geopolitik paling krusial di dunia.
Meskipun pejabat tersebut tidak merinci sifat pasti dari respons tersebut, komentarnya menggarisbawahi komitmen AS dan mitranya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional. "Kami telah bekerja sama secara erat dengan sekutu dan mitra kami di seluruh Indo-Pasifik untuk memastikan bahwa kami memiliki kemampuan dan koordinasi yang diperlukan untuk merespons setiap tindakan agresi di Selat Taiwan," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut kepada sejumlah wartawan. "Pesan kami jelas: setiap upaya untuk mengubah status quo secara paksa tidak akan diterima."
Pernyataan ini sejalan dengan retorika AS yang semakin jelas mengenai Taiwan, meskipun Washington secara resmi menganut kebijakan "Satu Tiongkok" yang mengakui klaim Beijing atas pulau tersebut namun tidak mendukung kemerdekaan Taiwan. Namun, AS juga diikat oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan untuk menyediakan sarana bagi Taiwan untuk mempertahankan diri.
Kekhawatiran tentang potensi invasi Tiongkok ke Taiwan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh modernisasi militer Tiongkok yang pesat, latihan militer skala besar di sekitar Taiwan, dan retorika Beijing yang tidak pernah menampik penggunaan kekuatan untuk "penyatuan kembali" pulau itu. Para pejabat AS, termasuk mantan kepala Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Phil Davidson, telah memperingatkan bahwa Tiongkok bisa siap untuk invasi pada tahun 2027, meskipun pejabat lain menekankan bahwa kesiapan tidak selalu berarti invasi akan terjadi.
Sekutu utama AS di kawasan, seperti Jepang, Australia, dan Korea Selatan, juga telah menyatakan keprihatinan mereka terhadap stabilitas Selat Taiwan. Jepang, khususnya, memandang keamanan Taiwan sebagai bagian integral dari keamanannya sendiri. Latihan militer bersama antara AS dan sekutunya di Indo-Pasifik telah ditingkatkan dalam frekuensi dan skalanya, seringkali berfokus pada skenario kontingensi di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan.
Beberapa laporan terbaru bahkan mengindikasikan bahwa Pentagon telah mendesak Jepang dan Australia untuk mengklarifikasi peran spesifik mereka jika terjadi konflik di Taiwan. Ini menunjukkan upaya AS untuk membangun front bersatu dan respons yang terkoordinasi di antara sekutu-sekutu utamanya.
Sementara Beijing secara konsisten menolak pernyataan semacam itu sebagai campur tangan dalam urusan internalnya dan menuduh AS memicu konflik di kawasan, Washington dan sekutunya berpendapat bahwa kesiapan adalah cara terbaik untuk mencegah agresi. Pernyataan dari pejabat AS ini mengirimkan sinyal kuat bahwa setiap perhitungan Tiongkok mengenai invasi Taiwan harus memperhitungkan respons terpadu dari kekuatan regional dan global yang signifikan.
Dunia akan terus memantau dengan cermat perkembangan di Selat Taiwan, karena potensi konflik di sana akan memiliki konsekuensi ekonomi dan geopolitik yang sangat besar secara global.