LOBOTOMI: Prosedur Medis Brutal yang Menghantui Sejarah Kedokteran

 

Foto: pada tahun 1930

VISTORBELITUNG.COM,Jakarta – Dalam sejarah kedokteran, ada babak kelam yang sering kali terlupakan: praktik lobotomi. Prosedur yang dianggap revolusioner pada pertengahan abad ke-20 ini kini dikenang sebagai salah satu praktik medis paling brutal dan kontroversial.


Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan seorang psikiater bernama Walter Freeman melakukan prosedur ini di hadapan para profesional medis lainnya. Dengan alat sederhana sebuah pemecah es Freeman "menyembuhkan" gangguan kejiwaan dengan cara yang tak terbayangkan.


Apa Itu Lobotomi?

Lobotomi adalah prosedur bedah saraf yang melibatkan pemotongan koneksi pada lobus frontal otak. Prosedur ini pertama kali dikembangkan oleh ahli saraf Portugal, Egas Moniz, pada tahun 1930-an. Namun, sosok yang paling mempopulerkannya adalah Walter Freeman di Amerika Serikat.


Freeman percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh "sirkuit" yang salah pada otak, dan dengan memutusnya, pasien bisa menjadi lebih tenang dan mudah diatur.


Metode lobotomi yang dipopulerkan Freeman dikenal sebagai lobotomi transorbital, atau sering disebut "lobotomi pemecah es". Prosedur ini sangat cepat dan minim alat.


Freeman akan membius pasien dengan terapi kejut listrik, lalu memasukkan alat seperti pemecah es (leukotome) melalui rongga mata di atas bola mata. Alat ini kemudian dipukul dengan palu kecil hingga menembus tulang tipis dan masuk ke otak. Dengan gerakan mengayun, Freeman memotong jaringan otak di lobus frontal. Seluruh prosedur sering kali selesai dalam waktu kurang dari 10 menit.


Walaupun lobotomi sempat dipuji sebagai "solusi ajaib", dampaknya sangat mengerikan. Ribuan pasien yang menjalani prosedur ini tidak sembuh. Sebaliknya, mereka kehilangan kepribadian, emosi, dan inisiatif.


Pasien yang tadinya agresif mungkin menjadi tenang, tetapi mereka juga menjadi apatis, pasif, dan seperti "zombie" yang kehilangan jati diri. Mereka tidak lagi bisa berfungsi secara normal dalam masyarakat.


Salah satu kasus paling tragis adalah Rosemary Kennedy, adik dari Presiden AS John F. Kennedy. Setelah menjalani lobotomi pada usia 23 tahun, ia kehilangan kemampuan berbicara dan sebagian besar fungsi motoriknya, menghabiskan sisa hidupnya di panti perawatan.


Lobotomi terus dipraktikkan hingga penemuan obat antipsikotik pada tahun 1950-an. Sejak saat itu, metode yang brutal ini secara bertahap ditinggalkan, dan Moniz bahkan dicopot dari Penghargaan Nobel yang pernah ia terima.


Kisah lobotomi menjadi pengingat penting akan etika dalam ilmu kedokteran. Bahwa dalam mencari solusi, kita tidak boleh melupakan kemanusiaan dan martabat pasien.

Previous Post Next Post

Smartwatchs