Foto:Pixabay.com |
VISTORBELITUNG.COM,Ransomware LockBit 3.0 Brain Chipper adalah varian terbaru dari ransomware LockBit yang belakangan menjadi sorotan karena menyerang Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia. Istilah "Brain Chipper" sendiri merupakan penamaan tambahan yang muncul di Indonesia.
Cara Kerja Ransomware LockBit 3.0 Brain Chipper:
Mirip dengan ransomware pada umumnya, LockBit 3.0 Brain Chipper bekerja dengan cara:
1.Infeksi Perangkat: Ransomware menyusup ke perangkat korban melalui berbagai metode, seperti phishing email, serangan brute-force, atau exploitasi kerentanan keamanan.
2.Pencurian Data: Varian terbaru ini memiliki kemampuan untuk mencuri data korban sebelum dienkripsi. Data curian ini kemudian digunakan sebagai cara tambahan untuk menekan korban agar membayar tebusan.
3.Enkripsi Data: Setelah berhasil masuk, ransomware akan mengenkripsi data-data penting di perangkat korban, sehingga pemilik data tidak bisa mengaksesnya lagi.
4.Tuntutan Tebusan: Para pelaku serangan kemudian akan meninggalkan pesan yang berisi instruksi untuk menghubungi mereka dan membayar sejumlah uang tebusan dalam bentuk mata uang kripto agar data bisa didekripsi.
Dampak Serangan Ransomware LockBit 3.0 Brain Chipper:
Serangan ransomware ini dapat menyebabkan berbagai kerugian bagi korban, seperti:
• Gangguan Operasional: Kerugian finansial akibat terوقفnya (tingzhi) operasional karenadienkripsi (dienkripsi) data penting.
• Kebocoran Data: Data sensitif yang dicuri dapat bocor dan disalahgunakan.
• Rusaknya Reputasi: Serangan ransomware dapat merusak kepercayaan klien dan mitra bisnis.
Kasus Serangan Ransomware LockBit 3.0 Brain Chipper di Indonesia:
Pada bulan Juni 2024, ransomware LockBit 3.0 Brain Chipper dilaporkan menyerang Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia. Serangan ini melumpuhkan layanan keimigrasian di seluruh bandara internasional Indonesia dan menyebabkan kerugian yang besar.
Setelah negosiasi, pada awal Juli 2024, kelompok peretas di balik serangan ini dilaporkan telah mengirimkan data dekriptsi ke pemerintah Indonesia.
Meskipun demikian, kasus ini menjadi pengingat pentingnya untuk selalu waspada terhadap ancaman serangan siber dan menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang baik.