![]() |
Foto:Pixabay |
VISTORBELITUNG.COM,JAKARTA, – Selama berabad-abad, dunia gaib menjadi bahan perdebatan antara ilmu pengetahuan dan kepercayaan tradisional. Namun, dengan perkembangan fisika kuantum, para ilmuwan mulai menemukan penjelasan yang mungkin mengaitkan fenomena supranatural dengan hukum alam.
Bagaimana sains modern melihat hantu, dimensi paralel, atau energi mistis? Apakah ada penjelasan ilmiah di balik pengalaman "pertemuan" dengan makhluk tak kasat mata?
Fisika kuantum, yang mempelajari partikel subatomik, menunjukkan bahwa realitas tidaklah sepadat yang kita kira. Konsep seperti superposisi kuantum (partikel bisa berada di dua tempat sekaligus) dan **efek pengamat (kesadaran memengaruhi realitas) membuka pintu bagi kemungkinan adanya dimensi lain atau entitas yang tidak terdeteksi oleh indra biasa.
Dr. Andi Prasetyo, fisikawan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan:
"Dalam skala kuantum, apa yang kita anggap 'nyata' bisa sangat berbeda. Partikel bisa muncul dan menghilang, dan energi tidak pernah benar-benar musnah. Ini mirip dengan laporan penampakan hantu yang tiba-tiba muncul lalu lenyap."
Teori Multiverse dan Dunia Gaib
Teori multiverse atau alam semesta paralel menyatakan bahwa ada banyak versi realitas yang eksis secara bersamaan. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa "dunia gaib" mungkin merupakan lapisan realitas lain yang sesekali bertabrakan dengan dimensi kita.
"Jika ada miliaran alam semesta dengan hukum fisika berbeda, tidak menutup kemungkinan ada entitas yang bisa berpindah antar-dimensi dalam kondisi tertentu," tambah Dr. Andi.
Banyak laporan fenomena gaib dikaitkan dengan fluktuasi medan elektromagnetik (EMF). Penelitian di laboratorium paranormal menemukan bahwa "penampakan" sering terjadi di area dengan gangguan EMF tinggi, yang bisa memengaruhi persepsi otak manusia.
"Tubuh manusia sendiri menghasilkan energi. Jika ada interaksi dengan energi asing di frekuensi tertentu, bisa memicu halusinasi atau sensasi 'kehadiran' yang tidak terlihat,"* jelas Dr. Siti Rahayu, ahli neurosains dari Universitas Indonesia.
Meski belum ada bukti definitif, fisika kuantum memberikan kerangka baru untuk memahami fenomena gaib tanpa harus menolaknya sebagai takhayul.
"Kita mungkin belum memiliki alat untuk mengukur dunia gaib, tapi bukan berarti itu tidak ada. Sains terus berkembang, dan suatu hari kita mungkin menemukan jawabannya," tutup Dr. Andi.