Efek Halving Bitcoin dan Pengurangan Suplai Dorongan Harga yang Tak Terelakkan? -->

Efek Halving Bitcoin dan Pengurangan Suplai Dorongan Harga yang Tak Terelakkan?

25 May 2025, May 25, 2025

Foto:pixabay


VISTORBELITUNG.COM, – Bitcoin, aset kripto paling terkenal, terus menjadi sorotan utama di pasar keuangan global. Setelah peristiwa halving yang keempat pada April lalu dan adopsi institusional yang semakin masif, banyak pihak bertanya-tanya: apa langkah selanjutnya untuk raja kripto ini? Analis dan pakar pasar memprediksi pergerakan menarik yang bisa membawa Bitcoin ke level harga yang lebih tinggi.


Pada 20 April 2024, Bitcoin melalui peristiwa halving keempatnya, memangkas imbalan penambangan dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC per blok. Secara historis, setiap halving selalu diikuti oleh lonjakan harga Bitcoin dalam beberapa bulan hingga setahun setelahnya. Ini karena suplai Bitcoin yang baru masuk ke pasar berkurang drastis, sementara permintaan terus meningkat.


"Efek halving tidak instan, tapi dampaknya akan terasa dalam jangka menengah," ujar seorang analis pasar kripto. "Penambang perlu menyesuaikan diri, namun prinsip dasar ekonomi menunjukkan bahwa pengurangan suplai akan mendorong harga naik jika permintaan tetap kuat."


Para ahli memproyeksikan, setelah periode konsolidasi atau koreksi minor pasca-halving, Bitcoin akan kembali memasuki fase bullish. Beberapa prediksi bahkan menargetkan Bitcoin bisa mencapai $160.000 pada akhir 2025, dan bahkan $350.548 pada tahun 2030-2031.


Salah satu pendorong terbesar di balik optimisme ini adalah adopsi institusional yang kian masif. Peluncuran ETF Spot Bitcoin di Amerika Serikat pada awal 2024 terbukti menjadi game changer. Produk investasi ini memungkinkan institusi besar dan investor tradisional untuk berinvestasi di Bitcoin dengan lebih mudah dan aman, tanpa perlu repot menyimpan aset kripto secara langsung.


Laporan dari Bitwise memproyeksikan arus masuk dana institusi ke Bitcoin bisa mencapai $120 miliar (sekitar Rp1.980 triliun) pada tahun 2025, dan melonjak hingga $300 miliar (sekitar Rp4.950 triliun) pada tahun 2026. Angka fantastis ini menunjukkan bagaimana institusi global mulai melihat Bitcoin sebagai aset penting dalam portofolio mereka.


"Bitcoin semakin diakui sebagai penyimpan nilai strategis, mirip dengan emas," kata seorang perwakilan dari Fidelity, salah satu raksasa manajemen aset global. "Ini menandakan pergeseran paradigma yang signifikan dalam cara institusi mengalokasikan aset."


Kondisi ekonomi makro global juga akan memengaruhi pergerakan Bitcoin. Kebijakan suku bunga bank sentral dan tingkat inflasi dapat memengaruhi selera risiko investor. Lingkungan suku bunga rendah dan inflasi tinggi seringkali membuat investor mencari aset alternatif yang berpotensi memberikan keuntungan lebih tinggi, termasuk Bitcoin.


Namun, bukan berarti perjalanan Bitcoin akan mulus tanpa hambatan. Volatilitas harga yang tinggi tetap menjadi karakteristik Bitcoin, dan koreksi tajam bisa terjadi kapan saja. Selain itu, regulasi kripto di berbagai negara yang masih terus berkembang juga akan menjadi faktor penentu.


Meskipun demikian, sentimen dominan dari para analis dan data fundamental menunjukkan prospek yang optimis untuk Bitcoin dalam beberapa tahun ke depan. Akankah Bitcoin benar-benar mencapai angka-angka fantastis yang diprediksi para ahli? Kita nantikan saja perkembangannya.


Bagaimana menurut Anda, apakah Bitcoin akan terus mendominasi pasar kripto dan mencapai valuasi yang lebih tinggi?


TerPopuler