![]() |
Foto: Media sosial |
VISTORBELITUNG.COM,- Sebuah klaim sensasional yang beredar luas di media sosial belakangan ini telah memicu perdebatan sengit dan keheranan publik. Klaim tersebut menyebutkan adanya "kendaraan amfibi Nabi Daud" dengan panjang fantastis 20 kilometer yang konon mampu melindas gunung bawah laut di Samudera Hindia. Narasi ini, yang tersebar melalui berbagai platform daring, mengundang pertanyaan besar: apakah ini fakta sejarah yang tersembunyi, sebuah mukjizat ilahi, atau sekadar informasi palsu alias hoax?
Informasi mengenai kendaraan amfibi raksasa Nabi Daud ini muncul secara sporadis dalam beberapa unggahan, terutama di grup-grup diskusi keagamaan dan konspirasi. Gambar-gambar yang menyertainya, yang tampak seperti visualisasi komputer atau ilustrasi fiktif, menunjukkan struktur menyerupai kapal atau mesin raksasa yang bergerak di bawah air, seolah menembus dasar samudra. Narasi yang sering menyertai klaim ini menyebutkan bahwa kendaraan tersebut merupakan salah satu mukjizat atau karunia luar biasa yang diberikan Tuhan kepada Nabi Daud AS, memungkinkannya menjelajahi kedalaman lautan dan bahkan melintasi formasi geografis bawah laut yang ekstrem.
Secara spesifik, disebutkan bahwa kendaraan ini memiliki panjang mencapai 20 kilometer – ukuran yang jauh melampaui kapal atau struktur buatan manusia manapun di zaman modern – dan sanggup "melindas" gunung-gunung yang berada di bawah permukaan Samudera Hindia.
Untuk memverifikasi klaim extraordinary ini, tim Tribunnews.com melakukan penelusuran mendalam terhadap literatur sejarah, kitab suci, dan tafsir-tafsir keagamaan yang berkaitan dengan Nabi Daud AS. Dalam tradisi Islam dan Yahudi, Nabi Daud (King David dalam tradisi Yahudi/Kristen) dikenal sebagai seorang nabi dan raja yang dianugerahi berbagai mukjizat dan keistimewaan oleh Tuhan.
Al-Qur'an dan hadis menceritakan tentang kemampuannya melunakkan besi (Q.S. Saba': 10), kepandaiannya dalam membuat baju besi (Q.S. Al-Anbiya': 80), suaranya yang merdu saat bertasbih hingga gunung-gunung dan burung-burung ikut bertasbih bersamanya, serta kemenangannya melawan Jalut (Goliat). Nabi Daud juga dikenal sebagai seorang raja yang bijaksana dan adil.
Namun, setelah menelusuri berbagai sumber primer dan sekunder, tidak ditemukan satupun referensi yang shahih atau kredibel mengenai keberadaan "kendaraan amfibi" sepanjang 20 kilometer, apalagi yang mampu melindas gunung bawah laut di Samudera Hindia. Kisah-kisah mukjizat Nabi Daud yang termaktub dalam kitab suci dan riwayat-riwayat terpercaya tidak mencakup deskripsi tentang teknologi semacam itu. Mukjizat yang diberikan kepadanya lebih berfokus pada kemampuan supranatural, kebijaksanaan, dan keterampilan dalam kerajinan tangan (seperti mengolah besi).
Dari sudut pandang ilmiah, klaim ini juga sangat tidak masuk akal. Sebuah kendaraan dengan panjang 20 kilometer, yang bergerak di bawah laut dan melindas gunung, akan membutuhkan teknologi dan material yang jauh melampaui pemahaman manusia bahkan di era modern. Tekanan air di kedalaman samudra sangatlah ekstrem, dan untuk membangun serta mengoperasikan struktur sebesar itu akan memerlukan rekayasa yang sangat kompleks dan sumber daya yang tak terbayangkan. Konsep "melindas gunung" secara harfiah juga bertentangan dengan prinsip geologi dan fisika.
Berdasarkan penelusuran yang komprehensif, dapat disimpulkan bahwa klaim mengenai "kendaraan amfibi Nabi Daud sepanjang 20 kilometer yang melindas gunung bawah laut Samudera Hindia" adalah informasi yang tidak berdasar dan cenderung merupakan hoax atau mitos modern yang tidak memiliki dasar dalam sumber-sumber keagamaan maupun ilmiah yang valid.
Meskipun kisah-kisah para nabi dan rasul seringkali mengandung unsur mukjizat yang melampaui nalar manusia, penting bagi kita untuk tetap kritis dan memverifikasi setiap informasi yang beredar, terutama yang terkait dengan sejarah agama dan sains. Klaim-klaim semacam ini, meski menarik dan dapat menggelitik imajinasi, dapat menyesatkan jika tidak disikapi dengan bijak.
Masyarakat diimbau untuk selalu memeriksa kebenaran informasi dari sumber-sumber terpercaya dan tidak mudah termakan oleh narasi yang tidak didukung fakta,Namun bisa dijadikan Referensi untuk Mengulik kembali apa yang sebenarnya terjadi dimasa lampau, yang sesuai dengan Nalar dan Logika.