![]() |
| Foto:Klik disini/Buku Kumpulan Doa Imam Syafi'i |
VISTORBELITUNG.COM,- Pertanyaan klasik ini kerap muncul: Jika segala sesuatu di alam semesta, termasuk nasib setiap manusia, telah dituliskan dalam Lauhul Mahfuzh sebagai ketetapan takdir Illahi, lantas apa gunanya kita memanjatkan doa? Apakah doa hanya sekadar formalitas tanpa daya ubah?
Jawabannya ternyata sangat mendalam, dan kita bisa menemukan petunjuk agung nan menyentuh dalam kisah salah satu kekasih Allah, Nabi Ibrahim 'Alaihissalam. Sosok Nabi Ibrahim adalah teladan tentang bagaimana doa dan takdir berinteraksi dalam bingkai ketaatan.
Pakar agama sering menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam, takdir atau qada dan qadar terbagi menjadi dua: Takdir Mubram (ketetapan yang tidak dapat diubah) dan Takdir Mu'allaq (ketetapan yang bergantung pada sebab, salah satunya adalah doa dan usaha manusia).
Doa, dalam konteks ini, bukanlah upaya untuk "melawan" takdir Allah, melainkan justru merupakan sebab yang telah Allah tetapkan agar takdir baik itu terwujud.
“Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan bahwa doa memiliki kekuatan untuk mengubah takdir mu'allaq, atau setidaknya, Allah telah menakdirkan suatu takdir hanya akan terjadi jika hamba-Nya memenuhi sebab berupa doa. Jadi, berdoa itu sendiri adalah bagian dari skenario takdir yang telah Allah tuliskan.
Salah satu momen paling dramatis dalam hidup Nabi Ibrahim adalah ketika beliau dilemparkan ke dalam kobaran api yang sangat besar atas perintah Raja Namrudz. Menurut beberapa riwayat, ketika berada di udara dalam perjalanan menuju api, Jibril mendatanginya dan menawarkan bantuan.
Nabi Ibrahim kemudian mengucapkan kalimat yang masyhur:
"ØَسْبُÙ†َا اللَّÙ‡ُ ÙˆَÙ†ِعْÙ…َ الْÙˆَÙƒِيلُ"
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Penggalan QS. Ali Imran: 173)
Beliau tidak meminta diselamatkan secara spesifik, melainkan menyatakan kepasrahan total kepada Dzat yang Maha Kuasa. Beliau telah melakukan usaha terbaiknya (dakwah kepada kaumnya dan menghancurkan berhala), dan ketika dihadapkan pada ancaman kematian, beliau menyerahkan segala urusan sepenuhnya kepada Allah.
Apa yang terjadi kemudian? Allah SWT berfirman:
“Kami (Allah) berfirman, 'Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan keselamatan bagi Ibrahim!'” (QS. Al-Anbiya: 69)
Inilah poin utamanya:
• Nabi Ibrahim tetap berdoa/berzikir dengan ucapan kepasrahan dan tauhid tertinggi. Beliau menolak meminta kepada selain Allah.
• Kepasrahan (tawakkal) itu adalah puncak dari doa dan ibadah. Doanya bukan sekadar meminta perubahan takdir, melainkan menegaskan keimanan dan kepatuhan terhadap takdir Allah.
• Takdir keselamatan Nabi Ibrahim terjadi setelah ada sebab berupa doa kepasrahan dan tawakkal yang tulus. Allah Mahakuasa untuk menyelamatkan tanpa sebab, namun sunnatullah (ketetapan Ilahi) menunjukkan bahwa pertolongan datang menyertai kepasrahan seorang hamba.
Doa Nabi Ibrahim mengaktifkan Takdir Pertolongan yang telah Allah siapkan baginya.
Selain kisah api, hidup Nabi Ibrahim penuh dengan doa-doa yang diabadikan dalam Al-Qur'an, seperti doa memohon keturunan, doa memohon diampuni, dan doa agar Kota Mekah menjadi negeri yang aman. Beliau tetap berdoa meskipun tahu Allah Maha Tahu segalanya.
Fungsi Doa Sebenarnya Jika Takdir Sudah Tertulis:
1. Doa Adalah Perintah dan Ibadah Tertinggi.
Allah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Ghafir: 60). Tidak berdoa dianggap sebagai kesombongan, karena menafikan ketergantungan kepada Allah.
2. Doa Adalah Kunci Meraih Takdir Baik.
Sebagaimana makan adalah sebab untuk kenyang, maka doa adalah sebab untuk meraih takdir yang baik atau terhindar dari takdir buruk. Kita diperintah untuk mengambil sebab.
3. Doa Menenangkan Hati.
Ketika kita menyerahkan segala urusan kepada Allah melalui doa, hati akan menjadi lebih tenang dan siap menerima apa pun yang ditetapkan-Nya (ridha). Doa mengubah cara kita memandang musibah.
4. Doa Pasti Dikabulkan (Salah Satunya Ditunda/Diganti).
Doa tidak pernah sia-sia. Jika tidak dikabulkan di dunia sesuai permintaan, maka doa itu akan diijabah dengan diganti kebaikan lain atau disimpan sebagai pahala di akhirat kelak.
Takdir yang telah Allah tetapkan sama sekali tidak meniadakan pentingnya doa. Sebaliknya, doa adalah alat yang ditakdirkan agar kita bisa menjalani kehidupan dan menggapai ketetapan terbaik dari-Nya. Berdoa adalah manifestasi tawakkal dan ketaatan kepada Ilahi, sebagaimana yang telah dicontohkan dengan indah oleh Nabi Ibrahim AS.
Jangan pernah berhenti berdoa, karena saat Anda menengadahkan tangan, Anda sedang menjalankan bagian penting dari Takdir Ilahi.
