Houthi Ancam Adili 43 Staf PBB, Tuduh Jadi 'Mata-mata Israel', Nyawa Puluhan Pegawai Terancam Hukuman Mati! -->

Houthi Ancam Adili 43 Staf PBB, Tuduh Jadi 'Mata-mata Israel', Nyawa Puluhan Pegawai Terancam Hukuman Mati!

1 Nov 2025, November 01, 2025

 

Foto:x/

VISTORBELITUNG.COM,SANAA – Kelompok Houthi di Yaman kembali membuat geger dunia internasional. Mereka secara resmi mengumumkan akan membawa 43 staf lokal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke meja hijau. Tuduhan yang dialamatkan sungguh mengerikan: memata-matai untuk Israel!


Peringatan tegas ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Menteri Luar Negeri Pemerintahan Houthi di Sanaa. Mereka menuding para staf PBB yang ditahan itu memiliki kaitan langsung dengan serangan udara yang menewaskan sejumlah pemimpin tinggi Houthi pada Agustus lalu.


"43 staf PBB lokal yang ditahan akan menghadapi pengadilan atas dugaan keterlibatan mereka dalam serangan udara Israel yang menewaskan para pemimpin Houthi," ujar seorang pejabat Houthi kepada media.


Penangkapan dan ancaman pengadilan ini merupakan puncak ketegangan yang meningkat tajam di Yaman. Diketahui, pada Agustus lalu, Perdana Menteri pemerintahan Houthi di Sanaa tewas bersama beberapa menteri lainnya dalam sebuah serangan udara. Houthi menuduh serangan tersebut merupakan operasi intelijen yang melibatkan musuh bebuyutan mereka.


Setelah insiden tersebut, pasukan keamanan Houthi dilaporkan melancarkan perburuan besar-besaran, menyerbu beberapa kantor PBB dan menahan puluhan staf.


Total Tahanan: Menurut data PBB, setidaknya 59 personel PBB telah ditahan oleh Houthi sejak 2021, dan kini puluhan di antaranya terancam pengadilan.

 

Tuduhan Gawat: Para staf PBB yang diadili dituduh melakukan "spionase agresif" dan berkolaborasi dengan 'musuh Amerika dan Israel'.


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tegas menolak semua tuduhan yang dilayangkan oleh kelompok yang didukung Iran tersebut. PBB menyebut penahanan ini sebagai "penahanan sewenang-wenang" dan menuntut pembebasan segera seluruh personelnya yang ditahan.


Ancaman ini bukan sekadar gertakan biasa. Di bawah hukum Yaman, para terdakwa, yang sebagian besar adalah warga lokal Yaman, dapat menghadapi hukuman terberat, yaitu hukuman mati.


Kondisi ini semakin mempersulit upaya PBB untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada jutaan warga Yaman yang sangat membutuhkan. Houthi dituding sengaja mengambil langkah-langkah yang mempersulit lembaga-lembaga kemanusiaan beroperasi di wilayah yang mereka kuasai.


Ketegasan Houthi ini tak lepas dari peran mereka yang semakin vokal dalam konflik yang terjadi di Timur Tengah. Sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober 2023, Houthi secara terbuka menyatakan solidaritas terhadap kelompok militan Palestina dan melancarkan serangan terhadap kapal-kapal niaga di Laut Merah yang diduga terkait dengan Israel.


Aksi Houthi yang mengadili staf PBB ini dianggap sebagai langkah radikal yang meningkatkan pertarungan proksi di kawasan tersebut, menjebak pekerja kemanusiaan di tengah konflik geopolitik berdarah.

TerPopuler