VISTORBELITUNG.COM,Nikosia, Siprus – Di tengah ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel, sebuah tren finansial yang menarik mulai terlihat: sejumlah besar warga Israel, yang merupakan populasi diaspora terbesar kedua, dilaporkan beralih ke Bitcoin untuk mengakuisisi properti di Siprus. Fenomena ini menunjukkan pergeseran preferensi aset di kalangan investor yang mencari perlindungan dari volatilitas geopolitik, meninggalkan mata uang tradisional seperti Shekel Israel, Dolar AS, dan Euro.
Ketegangan antara Iran dan Israel telah memuncak dalam beberapa waktu terakhir, dengan insiden-insiden yang melibatkan serangan siber, dugaan serangan militer, dan retorika yang semakin keras. Situasi yang tidak menentu ini mendorong individu dan investor untuk mencari cara untuk melindungi aset mereka dari potensi gejolak ekonomi dan ketidakpastian politik di wilayah tersebut. Dalam konteks inilah Bitcoin muncul sebagai alternatif menarik.
Secara teoritis, Bitcoin, sebagai aset digital yang terdesentralisasi dan tidak terikat pada yurisdiksi atau kebijakan moneter satu negara, sering kali dipandang sebagai "safe haven" atau aset lindung nilai di masa krisis. Volatilitasnya yang inheren, meskipun tinggi, terkadang diimbangi oleh persepsi kemampuannya untuk berkinerja baik ketika pasar keuangan tradisional terguncang oleh peristiwa geopolitik. Dalam kasus ini, keputusan warga Israel untuk membeli properti di Siprus menggunakan Bitcoin dapat dilihat sebagai strategi diversifikasi aset dan relokasi kekayaan, menjauh dari potensi risiko yang terkait dengan aset fiat dan pasar domestik di tengah konflik.
Data terkini menunjukkan bahwa pasar properti di Siprus semakin terbuka terhadap transaksi mata uang kripto. Regulasi di Siprus telah beradaptasi untuk mengakomodasi penggunaan aset digital, dengan kerangka hukum yang relatif progresif dibandingkan dengan banyak yurisdiksi lain di Uni Eropa. Undang-Undang Pencegahan dan Penekanan Pencucian Uang dan Pendanaan Teroris Siprus, yang diperbarui untuk menyelaraskan dengan Arahan AML ke-4 dan ke-5 Uni Eropa, secara eksplisit mengatur penyedia layanan aset kripto. Ini memberikan landasan hukum bagi transaksi properti menggunakan mata uang digital, meskipun mata uang kripto tidak dianggap sebagai "alat pembayaran yang sah" (legal tender).
Para pengembang properti dan agen real estat di Siprus telah mulai menawarkan properti yang dapat dibeli dengan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Lingkungan yang ramah kripto ini, dikombinasikan dengan lokasi geografis Siprus yang strategis dan stabilitas politiknya relatif terhadap Timur Tengah, menjadikannya tujuan menarik bagi investor yang mencari keamanan dan peluang investasi.
Tren ini tidak hanya mencerminkan dinamika geopolitik tetapi juga menyoroti evolusi peran mata uang kripto dalam transaksi lintas batas berskala besar. Keputusan untuk menggunakan Bitcoin, daripada Shekel Israel, Dolar AS, atau Euro, mungkin didorong oleh beberapa faktor:
Menghindari Kontrol Modal dan Pembatasan Dalam situasi krisis, pemerintah dapat memberlakukan kontrol modal atau pembatasan pada transfer mata uang fiat, yang dapat dihindari melalui penggunaan Bitcoin.
Perlunya Kecepatan dan Efisiensi Transaksi Meskipun volatilitas menjadi pertimbangan, transaksi Bitcoin dapat diproses lebih cepat daripada transfer bank internasional tradisional, yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Anonimitas Parsial (Pseudo-anonimity) Meskipun tidak sepenuhnya anonim, transaksi Bitcoin menawarkan tingkat privasi tertentu yang mungkin menarik bagi individu yang ingin merelokasi aset tanpa menarik perhatian berlebihan.
Perlindungan Inflasi (persepsi) Dalam skenario ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh konflik, kekhawatiran terhadap devaluasi mata uang fiat dapat mendorong investasi ke Bitcoin yang persepsinya sebagai "emas digital."
Namun, ada juga risiko yang melekat dalam penggunaan Bitcoin untuk akuisisi properti. Volatilitas harga Bitcoin yang ekstrem dapat menyebabkan nilai aset yang digunakan untuk pembelian berfluktuasi secara signifikan antara waktu kesepakatan dan penyelesaian. Selain itu, aspek regulasi, meskipun maju di Siprus, masih dapat menimbulkan tantangan terkait perpajakan dan kepatuhan anti-pencucian uang (AML) dan know-your-customer (KYC).
Gelombang investasi Bitcoin dari Israel ke properti di Siprus ini adalah studi kasus yang menarik tentang bagaimana ketegangan geopolitik dapat mendorong adopsi teknologi finansial baru. Ini menyoroti peran Bitcoin sebagai potensi alat untuk pelestarian kekayaan dan relokasi modal dalam menghadapi ketidakpastian global, sekaligus menempatkan Siprus sebagai hub yang semakin penting dalam ekosistem properti berbasis kripto.