![]() |
Foto:India dan Uni Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Union - EAEU) |
VISTORBELITUNG.COM,India dan Uni Ekonomi Eurasia (Eurasian Economic Union - EAEU) yang dipimpin oleh Rusia telah memulai kembali negosiasi untuk perjanjian perdagangan bebas (FTA). Langkah ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara India dan Amerika Serikat (AS), terutama setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tinggi pada produk-produk India.
Negosiasi FTA antara India dan EAEU sebenarnya sudah dimulai sejak awal 2020 tetapi terhenti akibat pandemi. Kini, dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS, India kembali memfokuskan perhatiannya pada mitra dagang lainnya. Keputusan ini datang setelah Presiden Trump menyebut India sebagai "ekonomi mati" dan menaikkan tarif impor produk India hingga 50%, yang merupakan salah satu tarif tertinggi secara global.
EAEU, yang beranggotakan Armenia, Belarus, Kazakhstan, Republik Kirgistan, dan Rusia, memiliki gabungan PDB sebesar $6,5 triliun. Perjanjian perdagangan ini diharapkan dapat:
Memperluas Akses Pasar: Membuka pasar baru bagi eksportir India.Meningkatkan Investasi,Menarik investasi di berbagai sektor dan wilayah geografis.Memperkuat daya saing India terhadap ekonomi non-pasar, Membantu Usaha Kecil dengan Memberikan manfaat signifikan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) India.
Kedua belah pihak telah menandatangani Kerangka Acuan (Terms of Reference - ToR) yang menjadi dasar negosiasi. Mereka juga menegaskan komitmen untuk menyelesaikan perjanjian secepatnya.
Langkah untuk memperkuat hubungan dengan EAEU mencerminkan tren yang sudah berlangsung lama. Perdagangan antara India dan Rusia telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Perdagangan bilateral antara India dan Rusia melonjak lebih dari lima kali lipat dalam empat tahun terakhir, dari $13 miliar pada tahun 2021 menjadi $68 miliar pada tahun fiskal 2024-2025. Meskipun terjadi peningkatan, ada ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan. Impor India dari Rusia, terutama minyak mentah, jauh lebih besar daripada ekspornya ke Rusia. Defisit ini meningkat hampir sembilan kali lipat, dari $6,6 miliar menjadi $58,9 miliar dalam periode yang sama.
Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, India berupaya memperlancar perdagangan melalui mekanisme pembayaran rupee-rubel, yang sebelumnya sempat terhenti. Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar, menekankan perlunya mengatasi defisit ini dengan segera dan mencari cara untuk memperluas hubungan perdagangan, termasuk melalui penghapusan hambatan tarif dan non-tarif serta peningkatan konektivitas logistik.
Langkah India ini menunjukkan pergeseran strategis. Alih-alih hanya bergantung pada satu mitra dagang utama, New Delhi kini berupaya melakukan diversifikasi dan mencari aliansi ekonomi dengan negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan Brasil. Perjanjian dengan EAEU dilihat sebagai salah satu upaya untuk mengurangi tekanan ekonomi dari AS dan menyeimbangkan arsitektur ekonomi global menuju multipolaritas, di mana beberapa kekuatan ekonomi besar saling berinteraksi.
Perdagangan antara India dan EAEU mencapai $69 miliar pada tahun 2024, meningkat 7% dari tahun sebelumnya, menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan melalui FTA. Perjanjian ini diharapkan tidak hanya meningkatkan perdagangan, tetapi juga memperkuat kemitraan ekonomi jangka panjang antara India dan blok EAEU.