Menko PMK Pratikno Dinilai Kurang Berempati Terkait Meninggalnya Bocah di Sukabumi -->

Menko PMK Pratikno Dinilai Kurang Berempati Terkait Meninggalnya Bocah di Sukabumi

Aug 24, 2025, August 24, 2025

 

Foto: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno

VISTORBELITUNG.COM,Sebuah insiden tragis yang menimpa seorang bocah di Sukabumi, Jawa Barat, baru-baru ini menyita perhatian dan simpati publik. Namun, sorotan tajam justru mengarah pada tanggapan yang diberikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, yang dinilai oleh sebagian warganet dan aktivis sebagai sosok yang tidak menunjukkan empati yang cukup.


Tragedi ini bermula dari kasus meninggalnya seorang anak akibat infeksi cacing gelang. Kondisi kesehatan yang buruk dan penyakit yang seharusnya bisa dicegah ini memicu gelombang duka dan kemarahan publik, yang menuntut adanya perhatian serius dari pemerintah. Kasus ini menjadi pengingat pahit tentang tantangan kesehatan masyarakat yang masih dihadapi di beberapa daerah di Indonesia.


Dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, Menko PMK Pratikno terlihat memberikan pernyataan terkait kasus tersebut Untuk ditanyakan ke Kemenkes Meskipun isi lengkap dari pernyataannya di nilai tak berempati karena Waktu ditanya wartawan Mentri PMK Pratikno,berkilah "Agak Sedikit Mengantuk" Saat ditanya wartawan narasi yang menyertai video tersebut menyoroti bahwa tanggapan beliau dianggap kurang peka.


Banyak warganet dan aktivis merasa bahwa respons yang diberikan cenderung terlalu formal, dingin, atau birokratis. Di tengah duka mendalam yang dirasakan oleh keluarga dan publik, masyarakat mengharapkan adanya ungkapan belasungkawa yang tulus dan pengakuan atas kegagalan sistem yang mungkin berkontribusi pada tragedi ini. Alih-alih mendapatkan hal tersebut, publik merasa tanggapan yang diberikan tidak mencerminkan empati yang diharapkan dari seorang pejabat negara.


Kontroversi ini sekali lagi membuktikan bahwa dalam era informasi yang serba cepat, setiap kata dan gestur dari pejabat publik memiliki bobot yang besar. Kasus ini menjadi cerminan dari ekspektasi publik terhadap pemimpin mereka. Masyarakat berharap pemimpin tidak hanya kompeten dalam tugas administratif, tetapi juga mampu menunjukkan sisi kemanusiaan dan kepedulian yang tulus, terutama saat menghadapi tragedi kemanusiaan.


Pada akhirnya, kasus ini membuktikan bahwa lebih dari sekadar solusi kebijakan, masyarakat juga membutuhkan empati dan pengakuan atas rasa duka yang mendalam.

TerPopuler