Adat COKAIBA Memperingati Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad Saw

 

Foto:Adat Cokaiba

VISTORBELITUNG.COM,Cokaiba Merupakan Adat Yang diperkenalkan Untuk Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad Saw di Tanah Saega, kabupaten Halmahera Tengah. 


Dengan Pakaian Yang Khas Topeng putih,dengan Tinta Hitam yang digambar diatas kertas sebagai Topeng penutup wajah. 


Tradisi tersebut dilakukan,karena Merupakan Ungkapan Rasa Syurkur atas kelahiran Nabi Muhammad Saw,pada setiap Tanggal 12 Rabiulawal. 


Adat Cokaiba adalah sebuah tradisi atau ritual keagamaan unik yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, Indonesia. Tradisi ini diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari kelahiran Nabi Muhammad.


Berikut adalah poin-poin penting tentang Adat Cokaiba:


Asal-usul dan Sejarah


Tradisi ini berasal dari masyarakat Gamrange, yang terdiri dari tiga wilayah bersaudara: Weda, Patani, dan Maba. Konon, Cokaiba telah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan sebelum Islam masuk. Pada masa itu, masyarakat Gamrange diyakini hidup berdampingan dengan bangsa jin. Setelah Islam masuk, para pemimpin adat bermusyawarah dan memutuskan untuk membatasi interaksi dengan bangsa jin. Namun, karena kerinduan masyarakat terhadap kebersamaan itu, dibuatlah topeng atau "mef" yang menyerupai karakter jin. Kata "Cokaiba" sendiri berasal dari bahasa Tidore yang berarti "topeng setan".


Tujuan dan Makna


Tujuan utama dari Adat Cokaiba adalah untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Tradisi ini juga memiliki makna mendalam terkait dengan nilai-nilai sosial, seperti mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan di antara masyarakat Halmahera Tengah. Dengan adanya persiapan dan pelaksanaan upacara bersama, masyarakat secara tidak langsung menjalin kebersamaan dan kekerabatan.


 • Pelaksanaan Ritual:


 • Cokaiba biasanya dimulai pada malam 12 Rabiul Awal (tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW).


 • Ritual ini diiringi dengan dzikir, shalawat, dan pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.


 • Para pelaku ritual yang disebut Cokaiba mengenakan topeng seram dan jubah.


 • Mereka berjalan-jalan dan "berkeliling" selama beberapa hari, dan pada hari terakhir, mereka disuguhi berbagai hidangan oleh masyarakat.

 

• Hidangan yang wajib disajikan adalah nasi dengan empat warna berbeda: putih, hijau, merah, dan kuning, yang masing-masing memiliki makna simbolis: nasi putih melambangkan ketulusan, nasi hijau melambangkan kesejahteraan, nasi merah melambangkan keberanian, dan nasi kuning melambangkan kemakmuran.


• Pewarisan dan Tantangan: Meskipun Adat Cokaiba merupakan warisan leluhur yang kaya akan nilai filosofis, eksistensinya menghadapi tantangan di tengah arus modernisasi. Sebagian nilai-nilai luhur dari tradisi ini mulai memudar. Oleh karena itu, berbagai pihak, termasuk pemerintah dan tokoh adat, berupaya untuk melestarikan dan menjaga tradisi ini agar tetap relevan dan tidak hilang ditelan zaman.


Previous Post Next Post

Smartwatchs