![]() |
| Foto:pixabay |
VISTORBELITUNG.COM,Harga Bitcoin kembali mengguncang pasar dengan melanjutkan tren penurunannya, menyentuh level sekitar US$83.919,11. Penurunan ini tentu menimbulkan kecemasan di kalangan investor, yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ketegangan geopolitik antara Jepang dan China menjadi biang keroknya? Atau ada faktor lain yang lebih dominan?
Meskipun ketegangan geopolitik selalu menjadi faktor yang diawasi, penurunan kali ini lebih kompleks dan didorong oleh kombinasi beberapa faktor, baik yang bersifat makroekonomi global maupun internal dari pasar crypto itu sendiri.
1. Tekanan Makroekonomi Global: Hantu Suku Bunga AS yang Masih Membayangi
Ini adalah faktor paling dominan yang mempengaruhi hampir semua aset berisiko, termasuk Bitcoin.
· Kebijakan Moneter The Federal Reserve (The Fed): Sentimen pasar masih sangat dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga atau setidaknya penundaan pemotongan suku bunga oleh bank sentral AS. Kebijakan moneter yang ketat membuat dolar AS menguat dan instrumen investasi berbunga (seperti obligasi pemerintah) menjadi lebih menarik. Akibatnya, uang cenderung mengalir keluar dari aset berisiko tinggi seperti Bitcoin menuju aset yang lebih aman (safe-haven).
· Kekuatan Dolar AS (DXY): Indeks Dolar AS (DXY) yang tetap kuat secara langsung memberi tekanan pada harga Bitcoin. Karena Bitcoin sering dianggap sebagai aset "anti-dolar", ketika dolar menguat, daya tariknya cenderung melemah.
2. Profit-Taking (Pengambilan Untung) Massal
Sebelum penurunan ini, Bitcoin telah mengalami rally yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir, didorong oleh antusiasme terhadap ETF Bitcoin spot. Setelah kenaikan yang tajam, koreksi adalah hal yang wajar dan sehat dalam sebuah siklus pasar. Banyak investor yang memilih untuk mengamankan keuntungan mereka (profit-taking) setelah harga mencapai level psikologis tertentu, yang kemudian memicu gelombang jual lebih lanjut.
3. Likuidasi Posisi Leverage yang Besar
Pasar crypto dikenal dengan perdagangan berleverage (menggunakan pinjaman). Ketika harga bergerak turun dengan cepat, posisi-posisi "long" (bertaruh harga naik) yang menggunakan leverage dipaksa ditutup secara paksa (liquidated) oleh bursa. Likuidasi besar-besaran ini menciptakan efek domino yang mempercepat penurunan harga, karena aset yang dilikuidasi dijual secara paksa ke pasar.
Lalu, Bagaimana dengan Peran Jepang dan China?
Ketegangan geopolitik antara Jepang dan China, meski tidak menjadi penyebab utama, berkontribusi pada sentimen risiko global yang lebih luas.
· China's Stance on Crypto: China telah lama melarang seluruh aktivitas trading dan penambangan Bitcoin. Jadi, tidak ada berita baru dari China yang secara langsung mempengaruhi harga. Namun, sebagai kekuatan ekonomi global, setiap ketegangan geopolitik yang melibatkan China dapat menambah ketidakpastian di pasar keuangan global. Investor menjadi lebih berhati-hati dan mengurangi eksposur pada aset berisiko.
· Jepang sebagai Pasar yang Diatur: Berbeda dengan China, Jepang memiliki pasar crypto yang teratur dan legal. Ketegangan dengan China tidak secara langsung mengubah regulasi crypto di Jepang. Namun, jika ketegangan ini mengganggu stabilitas kawasan Asia Timur, hal itu dapat memperkuat sentimen "risk-off" di kalangan investor institusional Asia, yang berdampak tidak langsung pada aliran modal.
Kesimpulannya, penurunan Bitcoin ke level US$83.919,11 lebih disebabkan oleh faktor makroekonomi global (kebijakan The Fed) dan dinamika internal pasar crypto (profit-taking dan likuidasi), ketimbang secara langsung karena ketegangan Jepang-China. Ketegangan geopolitik hanyalah salah satu bagian dari puzzle sentimen "risk-off" yang lebih besar yang sedang melanda pasar keuangan dunia.
Bagi investor, periode volatilitas seperti ini mengingatkan pentingnya manajemen risiko yang ketat dan melihat investasi crypto dalam perspektif jangka panjang, alih-alih terpancing oleh fluktuasi harga jangka pendek.
---
Disclaimer: Artikel ini adalah untuk tujuan informasi dan edukasi saja, bukan merupakan saran investasi keuangan. Selalu lakukan penelitian mandiri (DYOR - Do Your Own Research) sebelum mengambil keputusan investasi.
