![]() |
| Foto: Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri |
VISTORBELITUNG.COM,Jakarta – Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menanggapi dengan santai kemunculan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) baru bernama Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!). Jauh dari kesan terancam atau tersaingi, Simon Mantiri justru melihat inovasi ini sebagai peluang emas untuk berkolaborasi demi kepentingan energi nasional.
Kemunculan Bobibos yang diklaim sebagai BBM nabati dari tanaman dan memiliki Research Octane Number (RON) 98 sempat menimbulkan spekulasi di kalangan publik bahwa produk ini akan menjadi pesaing berat bagi dominasi Pertamina di pasar energi.
Namun, Simon Mantiri dengan tegas menepis anggapan tersebut. Ia menekankan bahwa fokus utama harusnya adalah kepentingan nasional atau "Merah Putih", bukan sekadar persaingan bisnis.
"Kemarin sempat mungkin ada yang bilang 'Wah ini saingan Pertamina'. Kalau saya sih selalu berpikir kepentingan Merah Putih ya. Jadi harusnya apapun itu kita cari jalan kolaborasi," ujar Simon saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Ia menambahkan, sebagai sesama anak bangsa, semangat yang harus dikedepankan adalah gotong royong dan kolaborasi, bukan persaingan yang tidak produktif.
Simon Mantiri menyatakan apresiasi tinggi terhadap setiap inovasi yang datang dari masyarakat, termasuk kehadiran Bobibos yang disebut-sebut ramah lingkungan. Menurutnya, langkah menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan patut disambut baik.
Ia juga menyinggung strategi "Dual Growth" yang sedang dijalankan oleh Pertamina:
• Fossil Fuel (Bahan Bakar Fosil)
• Low Carbon Business (Bisnis Rendah Karbon)
Simon melihat Bobibos berpotensi masuk dalam skema pertumbuhan kedua ini, sehingga kolaborasi menjadi sangat relevan.
"Pertamina juga ada dual growth: fossil fuel dan low carbon business. Nah mungkin bisa juga kolaborasi kan gitu," jelasnya, membuka lebar pintu kerja sama.
Meskipun menyambut baik, Simon Mantiri turut mengingatkan bahwa setiap produk BBM baru, termasuk Bobibos, harus mengikuti prosedur legal dan lolos serangkaian uji laboratorium yang ketat dari lembaga resmi di bawah Kementerian ESDM sebelum dapat disahkan sebagai bahan bakar resmi.
Kementerian ESDM sendiri telah mengonfirmasi bahwa ada pihak yang mengajukan usulan uji laboratorium, namun proses ini membutuhkan waktu minimal delapan bulan dan hasilnya masih bersifat tertutup (secret agreement). Perlu diluruskan juga bahwa status Bobibos saat ini adalah mengusulkan uji, bukan sudah disertifikasi, seperti yang sempat beredar di publik.
Sikap terbuka Dirut Pertamina ini menunjukkan komitmen BUMN energi tersebut untuk mendukung inovasi lokal sambil tetap memastikan standar kualitas dan keamanan energi bagi masyarakat terpenuhi.
