![]() |
| Foto:pixabay |
VISTORBELITUNG.COM,TOKYO, Situasi politik antara Beijing dan Tokyo dilaporkan memasuki fase yang mengkhawatirkan. Di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik yang dipicu oleh isu Taiwan dan sengketa maritim, Pemerintah China melalui Kementerian Pendidikan mengeluarkan imbauan keras kepada ribuan mahasiswanya yang tengah menempuh pendidikan di Jepang.
Peringatan ini bukan sekadar imbauan biasa, melainkan sebuah 'wanti-wanti' serius agar para pelajar China di Negeri Sakura untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjaga diri, menyusul apa yang disebut Beijing sebagai adanya "risiko signifikan bagi keselamatan pribadi dan nyawa" warga negaranya.
Memanasnya hubungan kedua raksasa Asia ini berakar dari pernyataan kontroversial Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, pekan lalu. Takaichi secara blak-blakan menyebut bahwa jika terjadi konflik militer atas Taiwan yang diklaim China sebagai wilayahnya maka hal itu dapat diklasifikasikan sebagai "situasi yang mengancam kelangsungan hidup" Jepang.
Pernyataan ini ditafsirkan sebagai sinyal bahwa Tokyo siap memberikan justifikasi hukum untuk ikut campur tangan militer demi mendukung Amerika Serikat dan Taiwan, jika China menyerang pulau tersebut.
Beijing bereaksi keras, menuntut Takaichi mencabut ucapannya dan secara bertahap meningkatkan tekanan diplomatik:
Panggilan Duta Besar: China memanggil Duta Besar Jepang untuk menyampaikan protes keras.
Aksi Maritim: Kapal-kapal Penjaga Pantai China yang dipersenjatai nekat memasuki perairan di sekitar Kepulauan Senkaku (disebut Diaoyu oleh China) yang dikelola Jepang, dalam apa yang mereka sebut sebagai "patroli perlindungan hak asasi manusia". Aksi ini jelas memancing gara-gara di perairan yang selama ini menjadi sengketa.
Larangan Perjalanan Sebelum peringatan untuk mahasiswa, China telah lebih dulu mengimbau warganya untuk menghindari perjalanan ke Jepang dalam waktu dekat.
Imbauan terbaru dari Kementerian Pendidikan China ini secara spesifik menargetkan komunitas pelajar. Kedutaan Besar China di Tokyo bahkan mengunggah peringatan resmi melalui platform WeChat yang isinya sangat gamblang.
"Baru-baru ini, para pemimpin Jepang telah melontarkan pernyataan yang terang-terangan provokatif mengenai Taiwan, yang sangat merusak suasana komunikasi antarmasyarakat. Situasi yang berkembang belakangan ini menghadirkan risiko signifikan bagi keselamatan pribadi dan nyawa warga negara China di Jepang," demikian bunyi pernyataan tersebut, seperti dikutip dari berbagai sumber internasional.
Ketakutan terbesar adalah adanya potensi reaksi balik atau sentimen anti-China di kalangan masyarakat Jepang yang bisa membahayakan keselamatan para pelajar.
Di sisi lain, Tokyo juga tidak tinggal diam. Pemerintah Jepang telah melayangkan protes keras kepada Beijing, tidak hanya soal insiden kapal Penjaga Pantai, tetapi juga terkait imbauan perjalanan dan peringatan keselamatan bagi warganya.
Menteri Luar Negeri Jepang mendesak Beijing untuk mengambil "langkah yang bertanggung jawab" dan menekankan pentingnya menjaga hubungan bilateral yang stabil, meski ada perbedaan pandangan.
Saat ini, ribuan mahasiswa China di Jepang menghadapi situasi yang tidak menentu. Mereka berada di garis depan tensi geopolitik, dipaksa untuk waspada di negara tempat mereka menuntut ilmu. Peringatan Beijing ini menjadi alarm bagi seluruh dunia bahwa gesekan antara China dan Jepang sudah semakin panas dan melibatkan aspek keamanan warga sipil.
