Mengingat Fidel Castro: Warisan Revolusioner Kuba yang Kontroversial -->

Mengingat Fidel Castro: Warisan Revolusioner Kuba yang Kontroversial

Nov 25, 2025, November 25, 2025

 

Foto:Fidel Castro

VISTORBELITUNG.COM,Pada hari ini, 25 November, di tahun 2016, dunia menyaksikan akhir dari sebuah era dengan meninggalnya Fidel Castro, pemimpin revolusioner Kuba yang menjadi tokoh sentral dalam percaturan politik abad ke-20. Figurnya bagai mata uang dengan dua sisi: bagi sebagian orang, dia adalah simbol perlawanan terhadap imperialisme; bagi yang lain, dia adalah diktator yang menindas. Namun, untuk memahami dampaknya, kita perlu menelusuri jejak langkahnya dalam membentuk Kuba modern.


Sebelum Fidel Castro dan gerakan revolusionernya mengguncang pulau itu pada tahun 1959, Kuba pada praktisnya adalah neokoloni Amerika Serikat. Kepentingan finansial AS memegang kendali yang hampir mutlak atas perekonomian negara:


· 90% tambang Kuba dikuasai oleh perusahaan AS.


· 80% utilitas publik berada di tangan asing.


· 50% jaringan rel kereta api dimiliki kepentingan AS.


· 40% produksi gula, tulang punggung ekonomi Kuba, dikuasai AS.


· 25% simpanan bank merupakan milik perusahaan Amerika.


Kondisi ini menciptakan kesenjangan yang lebar di mana keuntungan besar mengalir ke luar negeri, sementara banyak rakyat Kuba hidup dalam kemiskinan dan ketidaksetaraan.


Revolusi dan Pembalikan Kekuasaan


Begitu berkuasa, salah satu langkah pertama Castro adalah mencabut cengkeraman ekonomi AS tersebut dengan melakukan nasionalisasi besar-besaran. Kebijakan ini tentu saja menuai amarah dari pemerintah AS. Sebagai balasan, Central Intelligence Agency (CIA) melancarkan serangkaian upaya untuk menggulingkan Castro, yang puncaknya adalah Invasi Teluk Babi pada 1961 yang berakhir dengan kegagalan memalukan bagi Washington.


Bahkan, permusuhan ini berlangsung lebih personal dan ekstrem. Dilaporkan, CIA mencoba membunuh Fidel Castro dalam lebih dari 600 kali percobaan pembunuhan dengan metode yang beragam, mulai dari cerutu beracun, bom dalam bola baseball, hingga rencana yang melibatkan dunia bawah tanah. Semua upaya ini gagal menjatuhkan "El Comandante" yang legendaris itu.


Prestasi Sosial di Bawah Pemerintahan Castro


Di dalam negeri, pemerintahan Castro mencanangkan program-program sosial ambisius yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup rakyat biasa. Dalam waktu singkat, rezim baru ini mencatat sejumlah pencapaian signifikan:


1. Revolusi Pendidikan: Semangat untuk memberantas buta huruf dan memajukan pendidikan menjadi prioritas. Lebih banyak ruang kelas yang dibangun dalam 30 bulan pertama pemerintahan Castro dibandingkan dengan yang dibangun dalam 30 tahun sebelumnya. Program melek huruf nasional berhasil memberantas buta aksara hampir sepenuhnya.


2. Infrastruktur dan Perumahan: Pemerintah membangun 600 mil jalan dalam enam bulan pertama, menghubungkan wilayah-wilayah terpencil. Sejumlah $300 juta diinvestasikan untuk memperbaiki sistem air dan sanitasi guna meningkatkan kesehatan publik. Selain itu, dalam upaya memerangi tunawisma, lebih dari 800 rumah dibangun setiap bulan pada tahun-tahun awal revolusi.


3. Sistem Kesehatan yang Membumi: Layanan kesehatan dinasionalisasi dan diperluas secara masif. Kuba mengadopsi sistem kesehatan gratis universal, memberikan akses pelayanan kesehatan kepada jutaan warga yang sebelumnya tidak terjangkau. Investasi besar-besaran dalam pendidikan kedokteran melahirkan tenaga kesehatan yang berkualitas. Warisan ini berlanjut hingga hari ini dengan "pasukan dokter" Kuba yang terkenal, yang dikirim ke berbagai negara yang dilanda krisis atau bencana alam di seluruh dunia, dari Haiti hingga Italia selama pandemi COVID-19. Hasil dari sistem ini sangat nyata: Kuba kini memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi daripada Amerika Serikat, sebuah prestasi luar biasa untuk negara berpendapatan menengah.


Warisan yang Terbelah


Fidel Castro meninggalkan warisan yang kompleks dan terus diperdebatkan. Di satu sisi, di bawah kepemimpinannya, Kuba berhasil mencapai standar pendidikan dan kesehatan yang setara dengan negara maju, serta membanggakan diri dari cengkeraman asing. Di sisi lain, pemerintahannya juga dikritik karena menekan kebebasan berpendapat, membatasi hak-hak politik, dan sistem ekonomi terpusat yang menyebabkan kesulitan materi bagi banyak warganya.


Kematiannya pada 2016 menutup babak penting dalam sejarah, tetapi diskusi tentang hidupnya, perjuangannya, dan kebijakannya terus bergema. Bagaimanapun seseorang memandangnya, Fidel Castro tetap menjadi simbol perlawanan terhadap hegemoni dan sebuah pengingat akan daya tarik serta kontroversi dari sebuah revolusi sosial.

TerPopuler