![]() |
| Foto:pixabay |
VISTORBELITUNG.COM, BELITUNG – Sebagian dari kita mungkin sering mendengar kata 'Bujang'. Namun, di Belitung dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kata ini bukan hanya sapaan biasa. Ia adalah identitas, representasi, sekaligus panggilan akrab yang sarat makna bagi para pemuda setempat.
Kata 'Bujang' secara etimologi berasal dari Bahasa Melayu Bangka yang telah mengakar kuat dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Pulau Laskar Pelangi.
Secara sederhana, 'Bujang' memiliki dua makna utama yang digunakan secara fleksibel:
Pemuda Lajang Makna paling inti merujuk pada laki-laki muda yang belum menikah atau lajang. Ini adalah representasi dari generasi muda laki-laki di Belitung.
Sapaan Akrab dengan Kata ini juga umum digunakan sebagai panggilan ramah dan hangat untuk setiap anak laki-laki atau pemuda, bahkan kadang untuk yang sudah menikah, sebagai bentuk sapaan akrab pertemanan.
Di Balik Panggilan Dayang dan Bujang
Eksistensi kata 'Bujang' semakin dikukuhkan dalam ranah kebudayaan dan pariwisata.
Pernah mendengar Bujang dan Dayang?
Ya, gelar tersebut merupakan sebutan resmi bagi Duta Wisata Kepulauan Bangka Belitung. Di sini, Bujang mewakili pemuda Belitung yang diharapkan dapat membawa semangat dan citra positif daerah ke kancah nasional maupun internasional. Sementara Dayang merujuk pada gadis atau perempuan muda.
Penyematan gelar ini menunjukkan betapa pentingnya kata 'Bujang' sebagai simbol representasi generasi muda yang enerjik dan berbudaya.
Selain sebagai panggilan, 'Bujang' juga sering muncul dalam karya seni lokal. Dalam lirik lagu-lagu daerah Bangka Belitung, kisah tentang 'Bujang' seringkali diangkat, menggambarkan kehidupan, perjuangan, dan dinamika sosial para pemuda setempat. Salah satu contoh terkenalnya adalah lagu yang mengisahkan "Nasib Si Bujang Saro" (Nasib Si Pemuda Malang).
Oleh karena itu, jika Anda berkunjung ke Belitung, jangan heran jika Anda disapa dengan sebutan "Bujang." Panggilan itu adalah tanda keramahan khas Belitung.
