![]() |
| Foto:Vistorbelitung |
VISTORBELITUNG.COM,TANJUNG PANDAN, BANGKA BELITUNG – Bagi wisatawan atau pendatang yang berkunjung ke Pulau Belitung, salah satu kata unik yang mungkin terdengar dalam perbincangan sehari-hari masyarakat Melayu Belitung adalah "sukorek". Kata ini sering diterjemahkan secara sederhana sebagai "rasain" atau "syukurin," namun makna dan nuansa emosional yang terkandung di dalamnya ternyata jauh lebih dalam dan kompleks, terutama karena mengandung unsur mengharapkan keburukan atau kemalangan pada orang lain.
Secara umum, kata "sukorek" memang digunakan sebagai seruan ejekan atau ungkapan kepuasan ketika seseorang tertimpa nasib buruk atau kesulitan, terutama setelah orang tersebut sebelumnya bersikap sombong, meremehkan, atau melakukan kesalahan.
Namun, yang membedakan "sukorek" dari sekadar ungkapan "rasain" biasa adalah muatan kekecewaan dan harapan buruk yang intens.
"Rasain" (Syukurin/Memuaskan): Ini adalah makna dasarnya. Digunakan saat penutur merasa puas atas kemalangan orang lain yang dianggap pantas mendapatkannya.
Mengharapkan Keburukan: "Sukorek" sering kali diucapkan sebagai respons atas kemalangan yang sebelumnya sudah diprediksi atau diperingatkan oleh si penutur. Intinya, penutur seolah berkata, "Sudah kubilang/sudah kurasakan, dan kini kamu merasakannya, moga-moga lebih parah lagi!" Ungkapan ini membawa serta nuansa schadenfreude (kebahagiaan atas kesialan orang lain) yang lebih kuat, bahkan cenderung mengharapkan nasib buruk tersebut berlanjut.
Contoh Penggunaan dalam Percakapan Sehari-hari
Untuk memahami konteks penggunaannya, berikut beberapa ilustrasi yang sering terdengar di Belitung:
Situasi 1: Nasihat Ditolak
• A: "Jangan ngebut bawa motor di jalan licin tu!"
• B: "Ah, santai lah, aku sudah biasa!"
• (Tak lama B jatuh dari motor)
• A: "Nah, sukorek kau! Sudah ku kaseh tau!" (Artinya: "Nah, rasakan kamu! Sudah kuberi tahu!")
Situasi 2: Sikap Sombong Berujung Gagal
• Seorang peserta lomba yang terlalu yakin akan menang tapi malah kalah telak.
• Penonton: "Sukorek lah! Besok-besok jangan sombong lagi!" (Mengandung harapan agar orang tersebut mendapat pelajaran yang menyakitkan dari kegagalannya.)
Peringatan Budaya: Hati-hati Menggunakan "Sukorek"
Meskipun terdengar seperti kata sehari-hari, masyarakat Belitung yang menjunjung tinggi etika dan budaya seringkali mengingatkan bahwa penggunaan kata "sukorek" sebaiknya dihindari.
Kata ini dianggap membawa energi negatif karena secara eksplisit mengharap atau mendoakan keburukan pada orang lain, bertentangan dengan nilai-nilai kerukunan dan saling tolong-menolong yang dijunjung tinggi dalam adat Melayu Belitung.
Oleh karena itu, bagi masyarakat lokal, "sukorek" adalah kosakata yang dipahami maknanya, namun penggunaannya seringkali dibatasi atau hanya diucapkan dalam candaan yang sangat akrab, untuk menghindari anggapan mendoakan kemalangan serius.
Jadi, jika Anda mendengar kata ini, pahamilah bahwa ia bukan sekadar "rasain," melainkan ungkapan kekecewaan mendalam yang bercampur harapan buruk, menjadikannya salah satu kata terkuat dalam dialek Belitung untuk mengungkapkan rasa "syukur" atas kemalangan orang lain.
