![]() |
| Foto: Vistorbelitung |
VISTORBELITUNG.COM Bagi wisatawan yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Laskar Pelangi, Belitung, mungkin akan sering mendengar sebuah ungkapan yang terdengar asing namun begitu khas: "kunok e".
Kata ini kerap kali terselip dalam percakapan sehari-hari masyarakat Belitung, dari obrolan santai di warung kopi hingga diskusi serius.
Lalu, apa sebenarnya arti dari ungkapan "kunok e" ini?
Menurut informasi yang dihimpun TRIBUNNEWS.COM, kata "kunok e" dalam Bahasa Melayu Belitung memiliki arti yang sangat spesifik dalam konteks kalimat tidak langsung atau menyampaikan kutipan.
"Kunok e" memiliki arti harfiah: "Kata dia" atau "Katanya" (Kata orang itu).
Ungkapan ini berfungsi untuk merujuk pada apa yang telah dikatakan oleh orang ketiga tunggal (dia/beliau) sebelumnya, atau menjadi penanda bahwa informasi yang disampaikan adalah sebuah kutipan atau kabar yang didengar dari orang lain.
Contoh Penggunaan Kunok e dalam Percakapan
Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah contoh penggunaan kata "kunok e" dalam kalimat sehari-hari di Belitung:
Situasi: Mengutip informasi dari seorang teman.
> "Kemarin si Budi dak datang ke pantai, kunok e die masih sakit demam."
> (Terjemahan: "Kemarin Budi tidak datang ke pantai, kata dia (atau katanya) dia masih sakit demam.")
• Situasi: Menyampaikan kabar yang belum pasti.
> "Harga lada sekarang agak naik lagi, kunok e sudah sampai sekian ribu sekilo."
> (Terjemahan: "Harga lada sekarang agak naik lagi, katanya (atau kata orang) sudah sampai sekian ribu sekilo.")
Dalam penggunaannya, kata ini menunjukkan kekhasan dialek Belitung yang lugas dan efektif dalam berkomunikasi. Kata ini juga sering digunakan sebagai penanda bahwa penutur hanya menyampaikan kembali informasi, bukan sebagai sumber utama kabar tersebut.
Fenomena penggunaan "kunok e" ini bukan hanya sekadar bahasa, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya linguistik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kehadiran kata-kata khas daerah seperti ini menjadi daya tarik tersendiri dan menambah warna dalam khazanah Bahasa Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belitung, saat dimintai tanggapan, menyatakan bahwa bahasa daerah seperti ini harus terus dilestarikan.
"Bahasa daerah adalah identitas. Setiap kata, termasuk 'kunok e', menyimpan sejarah dan cara pandang masyarakat kita. Kami bangga bahasa Belitung terus hidup dan menjadi ciri khas kami," ujarnya singkat, Kamis (16/10/2025).
Dengan mengetahui arti dari "kunok e", wisatawan kini dapat lebih memahami dan berinteraksi dengan masyarakat lokal Belitung, sekaligus menikmati keindahan alamnya yang memesona.
(Vistorbelitung/Tim Redaksi)
