Foto:Pixabay.com/Fb/Meyra syaqila S |
VISTORBELITUNG.COM,GADIS BURVK RUPA YANG DIBAKAR HIDUP-HIDUP, SETELAH DISIKSA DAN DIFITNAH MEMBVNUH SEORANG PEMUDA DENGAN TELVH
Part 4
Gemblung menggelengkan kepala, merasa tak percaya dengan sosok dihadapan nya.
"Ti-tidak.. kamu sudah mati Naima!"
Hihihihi
Gemblung terkacir-kacir lari, namun karena dirinya memiliki badan gemuk. Langkah nya seakan terhalang dan berjarak.
"Abang, temani aku. Bang!" suara Naima yang terus mengejar Gemblung membuat nya semakin ketakutan.
Gemblung lari tanpa arah dan tujuan, ia terus berlari menghindari sosok yang amat menyeramkan dan berusaha lolos darinya.
"Ini tidak mungkin," ujar Gemblung dengan suara yang ngos-ngosan.
"Kenapa tidak mungkin, Bang. Abang Kirman sudah menunggu Abang di sanah?"
Glekgek
Gemblung menelan saliva nya, ia sudah berusaha lari dan menghindar. Namun rupanya sosok Naima berhasil menemukan nya.
Dengan peluh yang bercucuran, Gemblung berusaha menengok pada asal suara.
"Aaarghh!" dia kembali berlari setelah menatap sosok yang tengah menghadap nya.
"Tolong, tolong?"
"Bersiaplah, ini giliran mu untuk mati!" pekik sosok Naima.
Ia kembali mengejar Gemblung, dan segera menghadang nya.
"Aaarghh!"
Bruukkk
Gemblung tersungkur, karena terkejut bersitatap dengan sosok mengerikan.
"Kau tidak akan bisa lari, kau harus merasakan akibat dari perbuatan mu!" seru nya sambil mencekik leher Gemblung.
"Aaargh, ampun. Maafkan saya. Nai!"
"Terkutuk!"
Brruukkk
Gemblung dilemparkan pada sebuah pohon jati besar, kepala nya yang terbentur dahan pohon mengeluarkan darah segar.
Bruuk
"Argh," suara erangan kembali terdengar dari pria tersebut.
Sosok Naima, yang telah berada di hadapan nya dengan menginjak perut nya.
"Manusia terkutuk, biadab. Kalian akan mendapatkan balasan dari apa yang kalian lakukan!" sentak sosok Naima dengan wajah yang menyeringai.
Tatapan nya tajam, membuat Gemblung semakin merasa ketakutan.
"Aampun!"
"Tidak ada ampun bagi manusia laknat seperti mu!"
"Aaaaaarrrgh!" suara erangan semakin terasa menyayat, Gemblung merasakan sakit di bagian lengan nya yang di patahkan oleh sosok Naima.
"Ini tidak seberapa, dengan luka dan fitnah keji yang kau lakukan."
Gemblung tidak menyahuti, ia meronta merasakan jari-jari nya yang lepas dari tempatnya.
"Kalian kejam!"
"Ampuni aku, Nai."
"Aaarggh!" Naima kembali mencengkram leher Gemblung, rintihan meminta ampun darinya seakan nyanyian bagi Naima.
"Apakah dulu kau memberiku kesempatan, apa kau memberi ku sedikit saja untuk membela diri?"
"Tidak!"
Gemblung menggeleng lemas, ia menyesal karena telah melakukan kesalahan fatal.
Namun kini penyesalan tiada lagi berguna, Naima berada di hadapan nya dengan amarah yang melanda.
"Maafkan aku, ja-jangan bunuh aku!" melas Gemblung.
Hihihihi
Suara tawa menggema dilahan yang sunyi dan mencekam, dalam keadaan gelap Gemblung tidak sadar jika dirinya telah lari jauh kedalam hutan belantara.
Sreeeetttttt
"Aarghh!" Naima menghunuskan kuku runcingnya pada leher Gemblung. Membuat nya merasa kesakitan. Darah yang kental dan segar mengucur dari setiap luka bekas tusukan kuku nya.
Brrruuuk
Naima kembali melemparkan Gemblung, pada sebuah pohon.
Tubuh nya sudah begitu lemas, Naima merasa senang melihat lawan nya ternyata hanya segitu saja rasa gagah nya selama ini.
"Mana kesombongan mu selama ini, Gemblung Hermawan!" hardik sosok Naima, dengan mata merah menyala.
Wajah nya semakin mengerikan, amarah sudah bagai di ujung tanduk. Ia merasakan kembali rasa sakit nya hinaan dan siksaan serta fitnah keji yang dulu mereka lontarkan.
Kini Naima, kembali bangkit untuk membalas setiap rasa sakit yang mereka berikan dulu.
Gemblung sudah tidak berdaya, wajah nya sudah dipenuhi dengan keringat, dengan tangan yang telah putus jari-jarinya.
Wwwwwussss
Brruuuukk
Naima membawa Gemblung, dan melemparnya pada sebuah pohon tua besar.
"Kau ingat, kau ingat tempat ini?" Naima kembali menggelegarkan suara nya yang parau.
Gemblung menatap setiap sudut tempat yang kini dirinya terjerambab.
Ia mengingat kembali, dimana kini ia berada.
"Iya, ini tempat dimana kalian membakarku!" timpal Naima, setelah menatap Gemblung yang menyadari tempat dirinya berada.
"Ma-mau apa kamu, Nai," Gemblung semakin gemetar, tubuh nya bergetar hebat, peluh dan keringat bercucuran.
Tap!
Naima berdiri di hadapan nya, dengan menebarkan bau gosong dan bau busuk yang menyeruak di indra penciuman nya.
"Kau tahu, bagaimana rasanya api melahap tubuh mu!" Naima mengusap pipi Gemblung, dengan senyuman di wajah nya yang mengerikan.
"Ti-tidak!" Gemblung menggeleng, bibirnya bergetar. Ia merasa akan terjadi sesuatu yang lebih dari apa yang diterima sebelum nya.
"Kau mau merasakan nya?" Naima menatap nya tajam, Gemblung semakin mengerti dengan ucapan yang di ucapkan oleh sosok dihadapan nya.
"Ja-jangan, Nai." lirih Gemblung, berusaha memelas kasihan pada Naima.
"Tapi tidak bagiku, aku ingin melihat tubuh mu terbakar, seperti yang kau lakukan dulu padaku!" pekik Naima, dengan menarik tubuh Gemblung.
"Jangan, aku mohon jangan bakar, aku."
Naima tidak mempedulikan rintihan Gemblung, pria yang menyeretnya dulu hingga tubuh nya terluka.
Pria gemuk yang bernama Hermawan yang biasa dipanggil Gemblung, kini telah merasakan akibat dari apa yang ia perbuat.
Penyesalan tiada lagi berguna, Dendam sudah membara di hati gadis yang mereka bakar 5 tahun lalu.
Kini Naima, hanya ingin membalas perbuatan manusia-manusia biadab yang membuat dirinya dan keluarga nya menderita.
"Tolong, jangan lakukan!" melas Gemblung kembali.
Brruuuk
Naima mendorong Gemblung, agar bersender pada pohon dimana dirinya membakar Sukirman pada malam sebelum nya.
Naima mengikatkan Gemblung pada pohon tua tersebut, sama hal seperti yang ia lakukan pada Sukirman.
"Aarrghh!" Gemblung meronta merasakan tubuh nya yang seakan terbakar, tetesan cairan hitam pekat yang keluar dari mulut sosok mengerikan dihadapan nya membuat seluruh tubuh Gemblung melepuh.
Dalam teriakan kesakitan Gemblung, tibalah seorang Pria. Dengan membawa sebuah kayu bakar dan menumpukan nya di dekat Gemblung.
"Manusia biadab seperti mu, pantas mendapatkan nya!" lirih pria tersebut.
Yanto, dia seorang pria yang menjadi saksi dimana anak nya dibakar, dengan fitnah keji. Membuat amarah dan dendam membara di hatinya.
Kini dia dapat melaksanakan dendam nya, dan membalas perbuatan manusia-manusia biadab yang sudah membunuh anak semata wayang nya.
"Pergilah, Nai. Biar Bapak yang Menghabisi nya." ujar Yanto dengan suara parau dan lirih.
Hihihihi
Dalam sekejap sosok mengerikan itu menghilang. Meninggalkan Yanto dengan pria yang sudah terkulai tak berdaya.
Yanto mendekati pria yang sudah tak berdaya, dengan tubuh nya yang sudah melepuh. Namun ia masih dapat mendengar dan sadar akan kehadiran sosok di hadapan nya.
"Ya-yanto!" lirih nya.
"Iya, kini giliran mu. Kau yang membakar putriku, kini aku yang akan membakar tubuh mu pula!"
Gemblung sudah tak berdaya, ia tak dapat berteriak untuk meminta tolong. Kini ia tahu jika Yanto yang membangkitkan Arwah Naima, untuk membalaskan dendam nya.
"Nikamtilah kematian mu!"
Yanto tersenyum menatap gundukan kayu bakar, mata yang berkaca-kaca mengingat bagaimana mereka membakar putri nya. Kini ia dapat membalaskan satu persatu para musuh nya.
Meski Yanto mengetahui, jika apa yang dia lakukan memang adalah kesalahan. Namun hati yang terluka dan dendam sudah membuat nya gelap hati.
Andai saat itu, mereka memberikan satu kesempata aja. Semua tidak akan pernah terjadi seperti ini. Yanto tidak akan menjalani kesalahan dalam mengambil langkah.