![]() |
Foto:Pixabay |
VISTORBELITUNG.COM,Dalam jejak sejarah peradaban manusia, sedikit kisah yang mampu memicu imajinasi dan perdebatan seperti halnya Anunnaki. Nama ini bergema dari tablet-tablet tanah liat kuno peradaban Sumeria di Mesopotamia, merujuk pada sekelompok dewa-dewi yang memiliki peran sentral dalam keyakinan mereka. Namun, seiring waktu, kisah Anunnaki telah berkembang melampaui mitologi kuno, memicu teori-teori modern yang jauh lebih kontroversial.
Secara harfiah, nama "Anunnaki" diyakini berarti "keturunan kerajaan" atau "keturunan dari An". Dalam panteon Sumeria, An adalah dewa langit tertinggi, dan Ki adalah dewi bumi. Anunnaki sering digambarkan sebagai anak-anak mereka, dewa-dewi yang bertanggung jawab atas berbagai aspek alam semesta, menentukan nasib manusia, dan bahkan diyakini terlibat dalam penciptaan.
Teks-teks kuno Mesopotamia, seperti Enuma Elish (epos penciptaan Babel), menggambarkan Anunnaki sebagai majelis dewa-dewi yang berkuasa, dengan pengaruh terhadap dunia surgawi maupun dunia bawah. Mereka disembah dengan khidmat oleh bangsa Sumeria, yang percaya bahwa Anunnaki adalah entitas yang memberikan pengetahuan, memimpin mereka dalam pembangunan peradaban, dan mengawasi hukum-hukum kosmik. Arkeologi modern telah mengungkap banyak artefak dan teks yang mengonfirmasi posisi penting Anunnaki dalam kehidupan keagamaan dan budaya Sumeria.
Popularitas Anunnaki melonjak secara drastis di era modern berkat karya Zecharia Sitchin. Melalui serangkaian bukunya yang dimulai dengan The 12th Planet, Sitchin mengajukan teori yang sangat berani: Anunnaki bukanlah sekadar dewa mitologis, melainkan makhluk luar angkasa (alien) dari sebuah planet misterius bernama Nibiru.
Menurut teori Sitchin, Anunnaki datang ke Bumi ribuan tahun yang lalu, bukan sebagai dewa, melainkan sebagai penambang yang mencari emas. Untuk mempercepat proses penambangan, mereka merekayasa genetik manusia purba (Homo erectus) dengan DNA mereka sendiri, menciptakan Homo sapiens sebagai budak pekerja. Teori ini menyiratkan bahwa peradaban Sumeria, dengan pengetahuan astronomi dan teknik arsitektur mereka yang maju, adalah hasil langsung dari intervensi Anunnaki.
Penting untuk digarisbawahi bahwa teori alien kuno ini tidak didukung oleh bukti ilmiah atau arkeologis yang kredibel. Sebagian besar arkeolog, sejarawan, dan ahli bahasa menganggapnya sebagai bentuk pseudo-sejarah atau teori konspirasi. Interpretasi Sitchin terhadap teks-teks Sumeria telah banyak dikritik karena dianggap keliru dan selektif.
Terlepas dari perdebatan sengit antara mitologi dan teori modern, kisah Anunnaki terus memikat. Bagi para sejarawan dan arkeolog, Anunnaki adalah cerminan dari cara pandang dunia dan sistem kepercayaan salah satu peradaban tertua di Bumi. Mereka memberikan jendela ke dalam pikiran bangsa Sumeria, yang berjuang memahami keberadaan, menciptakan tatanan kosmik, dan mencari makna dalam fenomena alam.
Sementara itu, bagi para penganut teori alien kuno, Anunnaki adalah jawaban atas misteri asal-usul manusia dan pembangunan peradaban kuno yang luar biasa. Ini adalah kisah yang menantang paradigma ilmiah dan membuka ruang untuk kemungkinan yang tak terbatas di luar pemahaman kita saat ini.
Pada akhirnya, apakah Anunnaki adalah dewa-dewi yang diagungkan oleh bangsa Sumeria, ataukah mereka adalah pengunjung dari bintang-bintang? Jawabannya mungkin bergantung pada lensa yang kita gunakan untuk melihat masa lalu, antara menghargai kekayaan mitologi dan keberanian spekulasi.